Loading

Penyakit Pada Burung Kenari



Penyakit Pada Burung Kenari
Setiap makhluk hidup tak luput dari suatu penyakit, begitu juga dengan burung kenari. Beberapa teman kerap menanyakan kepada saya bagaimana cara mengatasi kenari yang sakit sekaligus cara menyembuhkan kenari yang sedang sakit. Untuk menjawab pertanyaan tersebut memang tidaklah mudah.
Dalam artikel ini saya ingin terlebih dahulu mengenalkan tentang penyebab penyakit pada burung kenari. Ternyata penyakit yang menjangkit kenari dapat disebabkan oleh banyak faktor yang secara khusus meliputi:
  • Virus. Penyakit pada kenari yang disebabkan oleh suatu virus mempunyai efek yang sangat signifikan dimana cepat menyebar dan dapat menjangkit burung atau makhluk hidup lainnya. Penyakit kenari yang disebabkan oleh virus antara lain influenza, orithosis dan new castle.
  • Bakteri. Burung kenari pun mampu dihinggapi oleh bakteri-bakteri jahat. Penyakit yang seringkali mengidap kenari yang disebabkan oleh bakteri misalnya saja diare dan TBC.
  • Jamur. Parasit ini biasanya menyerang saluran pernapasan dan bahkan saluran pencernaan. Jamur seringkali menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan kenari. Jamur pun mampu menyerang bagian luar seperti kaki dan bagian kelopak mata.
  • Amoeba dan Protozoa. Biasanya berbentuk kista dan menyerang kenari saat masih di dalam telur. Efek yang ditimbulkan pun terbilang akut dimana kenari akan mengalami pendarahan di dalam tubuh.
  • Tungau. Termasuk dari spesies serangga dan tidak tahan panas. Beberapa jenis tungau yang menyerang kenari adalah tungau merah, tungau bulu dan tungau guil. Tungau ini mudah ditemui jika kondisi kandang/sangkar tidak bersih. 
  • Cacing. Sering juga disebut sebagai penyakit cacingan. Jenis-jenis cacing yang mampu menyerang kenari adalah: cacing pita, cacing gelang dan cacing rambut.
  • Kutu. Makhluk kecil ini dapat membuat bulu kenari menjadi rontok dan kenari merasa gatal. Pada dasarnya kutu akan menghisap darah kenari sehingga tergolong organisme parasit.


Untuk mengatasi beberapa penyakit di atas maka diperlukan perhatian dan perawatan yang baik. Perhatian bisa meliputi kecermatan dan intensitas terhadap kondisi burung agar selalu sehat. Perawatan yang baik dapat meliputi kebersihan kandang, pakan yang baik, vitamin dan gizi yang cukup serta penjemuran yang cukup.

Cara Lain Menjinakkan Burung Parkit


Tips atau trik berikut bisa kita gunakan bila beberapa cara sebelumnya tidak berhasil alias burung parkit selalu menjauh bila tangan kita ulurkan untuk memberi makan. Mungkin si burung kecil eksotis ini mengira tangan kita yang lebih besar dari ukuran tubuhnya sebagai suatu ancaman. Nah ada satu trik khusus untuk mensiasati hal tersebut.


Cara-caranya adalah sebagai berikut:
  1. Posisikan duduk kita dekat dengan sangkar burung parkit.
  2. Sembari panggil namanya (wajib) letakkan jari kita yang ditempeli pakan untuk pemancingan awal. Bila tetap tidak merespon bahkan menjauh teruskan pada trik berikut.
  3. Ambil satu batang lidi dengan panjang kurang lebih 20 cm.
  4. Basahi ujung lidi dengan sedikit air yang berfungsi untuk menempelkan biji milet atau jewawut pada ujungnya.
  5. Ulurkan ujung lidi yang ditempeli biji milet tersebut perlahan-lahan agar burung parkit tidak kaget atau beraksi panik.
  6. Bila burung parkit mau mengambil makanan tersebut itu pertanda positif teruskan berulang-ulang dan jangan lupa panggil namanya.
  7. Sekarang coba kurangi pegangan tangan kita pada lidi, sehingga jarak tangan kita dengan ujung lidi semakin dekat. lakukan hingga tangan kita berada pada ujung lidi dekat pakan tersebut. Nah kalau burung parkit sudah tidak takut lagi maka singkirkan lidi tersebut dan ganti dengan ujung jari kita yang dibasahi sedikit air untuk menempelkan biji milet.
  8. Kalau si burung parkit sudah mau mengambil makanannya langsung maka coba tangan kita masukkan sangkar dan beri umpan secara close up. Begitu seterusnya hingga dia betul-betul nyaman.
  9. Aksi selanjutnya adalah sodorkan jari telunjuk kita untuk tangkringan kaki burung parkit, kalau dia melakukan hal tersebut berarti mulai muncul tanda kejinakannya.
Nah diatas adalah satu trik menjinakan burung parkit ataupun burung yang lainnya. Tentu masih ada trik-trik yang lainnya dari para burung yang berpengalaman. Tapi yang jelas trik tersebut saya gunakan untuk menjinakkan burung parkit yang kesekian kali dan tampak bandel alias susah didekati dengan tangan secara langsung seperti burung-burung parkityang dibudidayakan.

Cara Menjinakan Burung Parkit


Nah yang ini cara baru lagi untuk jinakkan burung parkit si paruh bengkok selain trik sebelumnyaBerikut langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk tahap awal penjinakkan burung parkit:
  • Seperti biasa sebelum kita masukkan sangkar setelah membeli dari pedagang burung, parkit perlu kita mandikan terlebih dahulu. Tujuan pemandian adalah agar burung bisa kelihatan fresh dan lebih tenang serta mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
  • Sambil menunggu burung mengeringkan tubuhnya di dalam sangkar, kita duduk dekat sangkar tersebut sambil panggil namanya (wajib diberikan agar terbiasa dengan kode-kode khusus nantinya kalau kita latih)
  • Sesekali coba tangan kita masukkan ke dalam sangkar sambil menyuapi makanan berupa biji milet atau jewawut kepada sang parkit. Jangan lupa sambil sebut namanya.
  • Bila reaksinya masih ketakutan dengan cara menjauhi tangan kita sebaiknya kita hentikan dulu untuk kita coba esok harinya.
  • Program diet perlu dilakukan untuk memancing nafsu makannya mampu mengalahkan rasa takut si parkit tersebut dengan cara memberi makan sedikit saja dan minum secukupnya.
  • Setelah itu keesokan hari dicoba lagi cara diatas hingga si burung parkit benar-benar mau mengambil makanan langsung dari tangan kita.
  • Begitu ada tanda-tanda respon yang baik maka kita coba dengan mengiming-imingi makanan di mulut pintu sangkar. Apabila burung tersebut mau mengejar itu berarti tanda awal yang bagus. Jangan lupa panggil namanya.
  • Kalau sudah tenang perangainya tidak celingak-celinguk ingin kabur berarti burung tersebut sudah mulai jinak.
Yang perlu diperhatikan disaat kita menjinakkan burung parkit adalah perlakuan yang lembut atau tidak kasar. Memang butuh ketelatenan untuk itu. Umumnya dua hari burung sudah mulai jinak.

Kalau burung masih kelihatan gugup bila kita dekati maka perlu kita mandikan agar fresh dan lebih tenang. Untuk beberapa burung memiliki tingkat agresifitas berbeda. Kalau pengalaman pertama saya sepertinya mulus dalam satu hari bisa membuat burung menjadi jinak. Namun ketika mencoba burung baru dilain waktu butuh waktu hingga 3-4 hari agar bisa jinak.

Yang perlu diingat bahwa tidak serta merta burung yang sudah jinak akan 'patuh' kepada kita terus. Perlu waktu yang cukup antara kita dan si-dia ada saling pengertian satu sama lainnya. 

Tips Memilih dan Menjinakan Burung Parkit


Sekilas burung parkit menyukai hidup berkoloni dan sangat mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tetapi begitu kita pegang, terutama burung yang sangat jarang berada dekat dengan manusia, maka tak jarang berontak bahkan menggigit. Itu adalah reaksi wajar dan alami. Namun setelah kita mengetahui trik-trik menjinakkannya maka hal itu akan berbalik kondisinya. Si cantik paruh bengkok akan bersahabat dengan kita.



Yang perlu kita ketahui sebelumnya bahwa burung parkit tetaplah mempunyai naluri alaminya. Nah itulah yang harus kita fahami agar bisa memberlakukan burung parkit sebagaimana mestinya dan tidak semua burung mempunyai karakter yang sama sehingga kita harus jeli menentukan pilihan terlebih bila kita membeli di pasar burung secara acak.

kebetulan saya membeli di pedagang burung dekat rumah. Di kandang yang terdapat puluhan parkit dengan warna beragam serta jenis kelamin tidak dipisah antara jantan dan betina menjadi tantangan tersendiri. Nah supaya to the point berikut langkah-langkah mulai memilih dan cara menjinakkan burung parkit sebelum dilatih dengan beberapa ketrampilan tertentu :


  • Tentukan warna burung parkit kesukaan kita.
  • Pilih kondisi burung yang sehat.
  • Tekstur bulu burung yang mempunyai ciri mudah dijinakkan mempunyai tektur yang lembut. Burung yang bulunya bertekstur kasar biasanya memiliki perangai agak liar.
  • Pilih usianya yang agak muda, jangan terlalu tua. Ciri-ciri parkit yang tua bisa dilihat dari tekstur atau sisik kaki yang terlihat sangat kasar dan gelap. Demikian juga paruhnya yang mulai terkikis (geripis) dan sangat gelap. Ciri parkit yang masih muda sisik kakinya lebih halus dan segar. Demikian dengan warna paruhnya lebih cerah.
  • Jika kita memilih yang masih anakan. Bisa jadi point bagus.
  • Jenis kelamin jantan biasanya lebih mudah dijinakkan/dilatih.


  • Setelah membeli burung dari pedagang burung ataupun petshop burung segera dimandikan dengan menggunakan tangan. Usapkan air dengan perlahan dan penuh kasih sayang. Jangan perlakukan dengan kasar.
  • Apabila sudah basah kuyub usap pelan-pelan tubuh burung parkit dengan sentuhan lembut. kemudian coba taruh di jari telunjuk kita agar bertengger.
  • Pada kasus tertentu ada burung yang langsung bertengger tenang sambil menata/menyulam bulu-bulunya agar rapi dan cepat kering. Namun ada juga yang masih celingak-celinguk/bingung dan ingin pergi atau kabur dari tenggeran jari telunjuk kita. Untuk karakter burung yang seperti itu sebaiknya segera dimasukkan kandang terlebih dahulu dan diulangi lagi untuk esok harinya.
  • Untuk burung parkit yang sudah bisa tenang di atas tenggeran jari telunjuk bisa kita coba tawari makanan kesukaannya berupa milet putih/merah, biskuit, jewawut, tauge ataupun yang lainnya. Bila ia merespon pertanda burung itu sudah mulai jinak. tetapi bila belum jangan putus asa. biarkan beberapa saat agar tenang di atas tenggeran jari telunjuk. setelah itu masukkan kandang.
  • Pada masa penjinakkan untuk burung-burung yang belum mau mengambil makanan dari tangan kita, kandangnya cukup kita beri air minum saja tanpa makanan. Dengan tujuan supaya rasa lapar si burung memberi keberanian untuk mengambil makanan dari tangan kita langsung. Biasanya butuh waktu 1 hari setelah sedikit puasa burung parkit mulai 'terpaksa' mau mengambil makanan/biji milet langsung dari tangan kita.
  • Sewaktu masih menjalani masa penjinakan burung harus makan dari tangan kita langsung sehingga ia akan menyesuaikan atau beradaptasi dengan kita secara cepat.
  • Sebelum burung betul-betul jinak maka jangan diberi makan langsung dari tangan tanpa dalam kondisi basah/dimandikan hingga basah kuyub. Tujuan agar burung tidak kabur atau terbang.
  • Bila dalam kondisi basah biasanya ia akan tenang dan sibuk mengurusi bulu-bulunya yang acak-acakan karena air. Di saat itu momen pas untuk melatih agar ia mau makan pemberian dari tangan kita langsung.
  • Bila sudah mau makan langsung dalam kondisi basah biarkan hingga kering sambil kita suapi makanan kesukaannya.
  • Sesekali perintahkan burung agar berpindah tenggeran dari jari telunjuk kita yang satu ketelunjuk kita yang lainnya. bila ia mau melakukan beri suapan hadiah untuknya. begitu seterusnya. Dan jangan lupa setiap kali memberi suapan sebut namanya agar terbiasa dengan perintah itu.
  • Lakukan berulang-ulang hingga si burung parkit betul-betul jinak.

Tanda-tanda parkit yang sudah mulai jinak dan siap dilatih

  • Mau bertengger tenang di atas jari telunjuk atau tangan kita.
  • Mau makan langsung biji-bijian dari pemberian tangan kita.
  • Tidak gelisah dan ingin kabur.
  • merespon setiap panggilan namanya disebut....

Nah itulah sedikit trik menjinakan burung parkit. Bisa jadi trik yang saya lakukan akan berbeda dengan para pakar burung parkit lainnya. Untuk itu bagi yang berkelimpahan ilmunya mohon kesediaan berbagi dengan penulis. Untuk pakar trik melatih burung di jakarta ada nama pak Rudi Pelung.


Yang jelas burung parkit sebagai miniatur saudaranya yang lainnya seperti kakak tua, nuri, betet yang mempunyai ukuran tubuh jauh lebih besar namun tidak kalah jinak dan pintarnya . Mudah-mudahan juga suatu saat akan ada kontes kecerdasan burung kaya warna ini.

Dan lebih penting lagi agar kita turut melestarikan burung mungil yang cantik ini supaya tidak punah seiring habitat alamnya yang sudah banyak di ambil alih oleh bangsa manusia sendiri.

Membedakan Burung Parkit Jantan dan Betina

Membedakan Burung Parkit Jantan dan Betina

Satu cara penunjang keberhasilan budidaya burung parkit adalah ketelitian didalam membedakan jenis kelamin burung parkit (sexing). Kebiasaan saling loloh atau saling bertukar makanan yang mirip percumbuan juga dilakukan parkit sesama jenis berkelamin jantan.

Jadi jangan dijadikan acuhan kalau ada sepasang burung parkit yang 'kelihatan mesra' dipastikan sepasang kekasih. Nah disinilah perlu pengetahuan atau teknik membedakan jenis kelamin burung parkit secara sederhana.


Burung parkit jantan mempunyai ciri yang sangat jelas pada tonjolan hidungnya yang berwarna biru. Sedangkan sang betina cenderung berwarna putih semu. Yang jadi masalah adalah kalau burung parkit tersebut masih tergolong sangat muda atau masih anakan, kadang warna biru pada hidung tidak begitu jelas. Tanda kebiruan pada hidung parkit jantan terlihat jelas pada parkit dewasa. (lihat gambar parkit diatas: tampak jelas warna biru pada bagian hidungnya, lalu bandingkan dengan gambar warna hidung parkit di bawahnya)

Burung Parkit


Shaw, seorang penulis buku Zoologi of New Holland memberi nama burung parkit ini dengan sebutan Melopsittacus undulates. Melopsittacus berasal dari bahasa yunani, melos yang artinya nyanyian dan psittacua yang merupakan sebutan bagi kerabat burung betet. Sedangkan undulus dari bahasa latin yang berarti bercorak.
Corak bergelombang inilah yang mungkin berkaitan dengan warna bulu burung mungil dan lucu ini yang bermacam-macam.
Pada tahun 1831 salah satu museum di London, Linne Society memamerkan pajangan burung parkit yang mati, tetapi tampak seperti masih hidup di dalam salah satu ruangannya. Inilah yang akhirnya mengundangberbagai kalangan, terutama para ahli di bidang perburungan. Diantaranya adalah John Gould. Berawal dari sinilah sejarah parkit dibawa ke negeri Inggris.
Pada tahun 1850 perkembangan burung berparuh bengkok ini mulai sukses dibudidyakan dikebun binatang Antwerpens,Belgia. Karena kecantikan warna bulu burung eksotis ini beberapa negara eropa lainnya mulai ikutan mengimpor burung ini dalam jumlah yang besar. Akhirnya burung parkit sudah mulai dibudidayakan di mana-mana.
Warna kuning pada bulu burung parkit di hasilkan di Belgia pada tahun 1872 dan di Jerman pada tahun 1875 dengan warna yang sama. Berikutnya warna biru yang muncul pada tahun 1878. dan tahun 1917 warna putih menyusul hingga tahun 1940 puncak keragaman warna bulu burung parkit ini.
Penyebaran yang luas menyebabkan burung parkit ini mengalami banyak sebutan. Orang belanda menyebutnya Undulated grass parkeet. Kalau orang perancis memanggil dengan sebutan Perche Ondule. Sedangkan bangsa Jerman menggunakan nama Wellensittichberdasarkan Checklist of bird of the world yang disusun oleh Peters tahun 1937 klasifikasi burung ini data sebagai berikut :
  • Filum : Chordata
  • Anak filum : Vertebrata
  • Kelas : Aves
  • Bangsa : Psittaciformes
  • Suku : Psittacidae
  • Anak suku : Psittacinae
  • Marga : Melopsittacus
  • Jenis : Melopsittacus undulus
Burung parkit menyukai hidup berkoloni dan sangat mudah menyesuaikan di dalam kandang penangkaran. Biasa di alam bebas parkit berkembang biak pada bulan oktober – desember. Bila musim kawin sang jantan biasanya menyanyi dengan nada rayuan untuk memikat betinanya. Hingga pada saat saling ada kecocokan maka perkawinan akan segera berlangsung.
Berat telur burung parkit berkisar 2,5 gram/butir dengan jumlah telur rata-rata 6 butir/pasangan parkit. Burung inipun dikenal sangat setia dengan pasangannya,bila si betina sedang aktif bertelur maka si jantan akan menunggu di luar sambil bersiul menghibur sekaligus akan mengusir apabila ada pengganggu mendekati sarangnya.
Anak burung parkit yang baru keluar dari cangkang telurnya berbobot rata-rata 2,35 gram dengan kondisi mata masih terpejam. Setelah umur sembilan hari barulah matanya terbuka.
Setelah umur 30 hari barulah anak burung parkit mulai siap meninggalkan sarangnya untuk belajar terbang. Namun meski sudah mulai terbang,sang induk biasanya masih menyuapinya hingga umur 40 hari. Setelah umur tersebut biasanya persiapan untuk perkawinan untuk generasi yang baru akan dilakukan.
Anak parkit mulai matang kelaminnya untuk melakukan perkawinan setelah berumur 90 hari. Si jantan yang cukup umur akan segera memikat betinanya dengan siulan mautnya untuk menjadi pasangan yang akan mengembangbiakan keturunannya.
Perawatan burung jenis ini relatif mudah. Kandang yang diperlukan tidak begitu besar meskipun untuk pengembangbiakan sekalipun. Ukuran 40 x 40 x 60 cm sudah cukup untuk memulai penangkaran. Sedangkan untuk pajangan keindahan ukuran sangkar umum sudah memadahi.
Tetapi karena sifatnya yang suka berkoloni dan keragaman warna yang bervariasi ini maka tak salah kalau kita menyiapkan ukuran kandang yang agak besar. Disamping kita bisa tempatkan beberapa pasang. Keindahan warni-warni parkit yang satu dengan yang lain akan sangat jelas.
Berikut ini tips pemeliharaan burung parkit ini :
  • Usahakan memilih induk yang berbeda warna.
  • Perhatikan dalam membedakan Burung jantan dan betina
  • Pilih yang kelihatan sudah cocok dengan pasangannya karena akan lebih mudah untuk ditangkarkan
  • Sesuaikan besarnya kandang dengan jumlah pasangan agar tidak terlalu padat sehingga berakibat kurang baik bagi kesehatan burung termasuk merusak dari segi menikmatinya. ‘Rumah pribadi’ yang umumnya terbuat dari kayu randu berbentuk kotak menjadi syarat bagi setiap pasangan parkit.
  • Persiapkan pula kandang cadangan untuk hasil perkembangbiakan apabila pasangan burung sudah mulai produksi.
  • Jaga ketersedian pakan dan minum. Usahan dalam kondisi bersih
  • Buang makanan yang mulai busuk karena kelebihan dalam pemberian pakan terutama sayuran seperti tauge,jagung atau yang lainnya
  • Makanan utama burung ini adalah millet yang mudah didapatkan di kios-kios penjual makanan burung.
Karena relatif gampang makanannya dan cepat berkembangbiaknya satwa ini maka tidak hanya pelaku bisnis ternak burung tetapi juga banyak hobiis yang gandrung dengan burung ini terutama anak-anak. Untuk itu,bagaimana juga kebersihan pemiliknya setelah melakukan perawatan burung cantik ini jangan lupa juga membersihkan tangan terutama pada anak-anak. Konon hampir semua jenis burung paruh bengkok berpotensi masalah asma terlebih pada anak-anak. Tapi itu tidak pada semua anak-anak tentunya.

Makanan Burung Parkit


Daalam budidaya burung makanan adalah hal yang paling penting, karena setiap makkhuk hidup membutuhkan makanan dan minuman. Makanan pokok burung parkit adalah biji-bijian kecil seperti jewawut, millet putih,millet merah,jagung muda,beras merah dan beberapa macam biji-bijian lainnya.

Burung parkit termasuk salah satu jenis burung yang tidak terlalu rewel makannya. Bila sudah terlalu lapar makan kayu sangkarpun akan digerus untuk melampiaskan rasa laparnya.

Budidaya Burung Parkit


Pesona burung parkit memang memukau berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, sekedar hobby, klangenan maupun sebagai ladang bisnis. 
Di daerah Pasar Turi, Pasar Kupang ataupun Pasar Bratang sangat minim sekali pasokan burung parkit yang berkualitas. satu kandang hanya beberapa ekor burung parkit, itupun kurang banyak pilihan baik dari sisi warna dan kesehatan burung yang kurang prima.
Jadi sewaktu saya membeli di pedagang tersebut butuh waktu agak lama untuk mengamati kira-kira bakalan burung mana yang bagus untuk saya jinakkan. Karena dari beberapa diantaranya ada yang sakit-sakitan dan warna bulunya yang kusam seperti kurang terawat. Ketika saya tanya pada pedagangnya kenapa pilihan barang mereka terbatas, mereka menjawab karena kurang pasokan.
Jadi kalau merunut dari kesediaan pasokan sepertinya prospek bisnis burung parkit masih terbuka. So peluang bisnis pengembangbiakan burung parkit cukup cerah.

Prospek Cerah Budidaya Kakao


Kakao merupakan salah satu buah hasil perkebunan di kawasan tropis. Keberadaan tanaman ini tersebar hingga ke berbagai negara seperti kawasan Amerika selatan, kawasan Afrika,  serta wilayah Indonesia. Di Negara Indonesia sendiri, buah kakao banyak ditemukan di daerah Sulawesi, Sumatera, Jawa, Flores serta Nusa Tenggara Timur.
Selain banyak tumbuh di daerah tropis, buah kakao juga memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Tak heran lagi jika saat ini prospek cerah bisnis kakao, menarik minat masyarakat untuk dibudidayakan dan diolah menjadi produk yang bernilai tinggi. Buah yang memiliki nama latinTheobroma Cacao L tersebut, kini menjadi salah satu komoditas ekspor yang mampu menambah penghasilan devisa negara setiap tahunnya. Salah satu hasil olahan kakao yang menjadi komoditas ekspor adalah produk cokelat. Dan yang lebih menguntungkan lagi, kakao dari Negara Indonesia memiliki kandungan lemak cokelat yang cukup tinggi, sehingga menghasilkan bubuk kakao dengan mutu yang baik. Kelebihan ini dapat dijadikan sebagai peluang usaha baru dari hasil budidaya kakao di negara kita.
Melimpahnya buah kakao di Indonesia dengan kandungan lemak cokelat, ternyata tidak selamanya menjamin tingginya kualitas produk yang dihasilkan. Semakin lama, kualitas produk kakao yang ada di negara kita mengalami penurunan harga. Dari mulai fermentasi yang kurang bagus, pengeringan yang belum sempurna, adanya ukuran biji yang tidak seragam, kadar kulit yang cukup tinggi, serta tingkat keasaman yang cukup tinggi,  menyebabkan harga kakao Indonesia lebih rendah dibandingkan kakao hasil negara lain.
Turunnya kualitas kakao saat ini, disebabkan pengolahan yang masih kurang. Kebanyakan masyarakat menggunakan sarana pengolahan yang masih minim, masih banyak yang belum menerapkan teknologi untuk menghasilkan produk yang bermutu. Biji kakao yang bermutu diperhatikan para konsumen dari bentuk fisiknya, cita rasanya, kebersihan produknya, keseragaman produk, serta konsistensi kualitas produk dari proses pengolahan yang tepat.
Proses pengolahan buah kakao menjadi kunci utama kualitas produk hasil kakao, karena dalam proses tersebut terjadi pembentukan fisik, cita rasa, serta faktor lain yang menjadi standar produk kakao berkualitas.  Untuk itu berikut kami informasikan beberapa proses pengolahan buah kakao, agar menghasilkan produk yang berkualitas:
Pemeraman buah
Pemeraman buah adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyeragamkan kematangan buah, sehingga biji kakao lebih mudah dikeluarkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan di tempat teduh, selama 5 – 7 hari. Pemeraman dilakukan dengan cara memasukan buah ke dalam keranjang serta permukaannya ditutup dengan daun.
Pemecahan buah
Proses pemecahan buah ditujukan untuk mengeluarkan biji kakao dari buahnya. Usahakan untuk tidak mengenai biji kakao, agar biji tidak rusak bentuknya maupun warnanya. Keluarkan biji dan buang empelur yang melekat pada biji.
Fermentasi 
Fermentasi merupakan kegiatan untuk melepaskan zat lendir dari permukaan kulit biji dan menghasilkan biji dengan mutu dan aroma yang baik. Selain itu fermentasi juga dilakukan untuk menghindari tumbuhnya hama dan jamur selama masa penyimpanan. Fermentasi dapat dilakukan dengan memakai keranjang bamboo yang sudah bersih dan dialasi daun pisang, untuk memasukan kurang lebih 50 kg biji kakao basah. Setelah itu keranjang yang berisi biji kakao permukaannya ditutupi kembali dengan daun pisang, pada hari ketiga lakukan pembalikan biji dan hari keenam biji bisa dikeluarkan untuk siap dijemur.
Pengeringan 
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara manual, menggunakan mesin pengering, atau kombinasi keduanya. Suhu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan, berkisar antara 55 sampai 66   ºc. Untuk lama pengeringan manual kurang lebih 7 hari bila cuaca tidak hujan, namun bila cuaca sering hujan bisa membutuhkan waktu hingga 4 minggu. Sedangkan bila menggunakan mesin pengering, hanya membutuhkan waktu 20 sampai 25 jam. Pengeringan yang sempurna, menghasilkan biji kakao dengan kandungan air 6 – 7 %.
Sortasi Biji
Sortasi biji dimaksudkan untuk memisahkan antara biji yang baik dengan biji cacat, atau kotoran lain seperti kulit kakao, kerikil, serta daun kakao. Kegiatan ini dilakukan menggunakan ayakan, dan dikerjakan setelah 1 hari atau 2 hari setelah pengeringan, agar biji kakao tidak terlalu rapuh.
Pengemasan dan Penyimpanan Biji 
Untuk pengemasan hindari penggunaan karung plastik, biji kakao lebih bagus dikemas dalam kantong goni. Selain itu pilih ruangan yang bersih serta memiliki ventilasi dengan kelembapan dibawah 75 %. Hindari ruangan yang memiliki aroma tertentu, karena biji kakao akan menyerap aroma tersebut. Beri jarak antara wadah dan lantai ± 8 cm, dan jarak wadah dengan dinding ± 60 cm, dengan begitu biji kakao dapat disimpan selama kurang lebih 3 bulan.
Adanya proses produksi serta penggunaan mesin teknologi tepat guna, akan meningkatkan kualitas produk biji kakao yang ada di Indonesia. Berbagai mesin pengolah kakao seperti mesin memecah kulit dan memisahkan biji Kakao, mesin penyangrai, mesin pemasta kasar, mesin pemasta halus, mesin pengupas kulit ari kakao, mesin pemeras lendir biji kakao, kotak fermentasi, mesin pengering kakao, mesin sortasi biji kakao, mesin pengempa lemak, mesin pembubuk cokelat, mesin penghalus cokelat, dll. Dapat membantu para pelaku bisnis untuk mengolah kakao lebih efektif dan efisien, dengan hasil produk yang lebih berkualitas pula.
Semoga dengan informasi potensi bisnis yang dimiliki kakao, dapat memberikan ide bisnis serta  informasi pengolahan kakao yang efektif dan efisien bagi Anda yang berada di daerah penghasil kakao. Selamat mencoba dan salam sukses.

Prospek Cerah Budidaya Kepiting di Indonesia


potensi-budidaya-kepitingBudidaya kepiting sangat prospektif untuk di kembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Selama wilayah tersebut memiliki lahan tambak air payau. Wilayah Sulawesi Selatan misalnya. Yang luas lahan tambak air payaunya kurang lebih 150.000 ha.
Dengan garis pantai sepanjang 2500 km yang tepinya ditutupi hutan mangrove ini sangat potensial menjadi lahan budidaya, baik kepiting bakau maupun rajungan. Selain itu, salah satu faktor pendukung budidaya di Sulsel yakni tersedianya bibit yang cukup memadai.

Budidaya Sayur Sawi



Salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan adalah tanaman sawi. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Masa panenpun juga terbilang cukup pendek, setelah 40 hari ditanam sawi sudah dapat dipanen.
Disamping kemudahan dalam proses budidaya, sayur sawi juga banyak dijadikan sebagai peluang bisnis karena peminatnya yang cukup banyak. Permintaan pasarnya juga cukup stabil, sehingga resiko kerugian petani sangat kecil.
Beberapa jenis sawi yang saat ini cukup popular dan banyak dikonsumsi masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih dan sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi tersebut, pakcoy termasuk jenis yang banyak dibudidayakan petani saat ini. Batang dan daunnya yang lebih lebar dari sawi hijau biasa, membuat sawi jenis ini lebih sering digunakan masyarakat dalam berbagai menu masakan. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para petani sawi pakcoy, karena permintaan pasarnya cukup tinggi.
Untuk membudidayakan sawi pakcoy, sebaiknya pilih daerah yang memiliki suhu 15-30° celcius, dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Tahapan budidaya sawi pakcoy di dataran tinggi dan di dataran rendah juga tidak terlalu berbeda, yaitu meliputi penyiapan benih, pengolahan lahan, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta proses pemeliharaan tanaman. Berikut kami berikan informasi tahapan budidaya sayur sawi pakcoy yang dapat membantu Anda.
Pemilihan bibit
Tahapan budidaya sawi pakcoy, dimulai dengan pemilihan bibit. Karena bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha ini, pilihlah bibit yang terbaik sebelum Anda menanamnya. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain berbentuk bulat, kecil-kecil, permukaannya licin mengkilap dan agak keras, warna kulit bibit cokelat kehitaman.
Selain itu perhatikan pula tempat penyimpanan bibit sawi, agar kualitasnya tidak menurun atau bususk sebelum ditanam. Oleh karena itu perhatikan lama penyimpanan, suhu, dan kadar air tempat penyimpanan. Sebaiknya bungkus bibit dengan kemasan aluminium foil agar tidak rusak dan bisa tertutup rapat.
Pembibitan dimulai dengan menyiapkan media tanam berupa bedengan dengan ukuran satu meter persegi, kemudian diberikan pupuk terlebih dahulu. Pupuk yang digunakan adalah 10 kg pupuk kandang, pupuk urea sebanyak 20 gram, pupuk TSP sebanyak 10 gram, dan pupuk KCL sebanyak 7,5 gram. Pembibitan dilakukan dengan menabur benih di seluruh media tanam secukupnya, sesuai dengan luas lahan yang akan Anda gunakan untuk budidaya. Biasanya takaran idealnya 750 gram bibit untuk 1 hektar lahan.
Setelah ditebari bibit, media ditutupi tanah kembali dan dilakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan penyemprot. Selanjutnya sawi akan dipindahkan ke lahan tanam yang lebih besar, setelah berusia 3 minggu. Dengan jarak tanam antar bibit 20 cm x 20 cm.
Persiapan lahan (bedengan)
Seminggu sebelumnya untuk mengembalikan kegemburan tanah, lakukan pencangkulan lahan terlebih dahulu dan berikan pupuk kandang 20 ton/ha, TSP 100 kg/ha, dan 75 kg/ha. Dan menjaga kadar pH tanah, kandungan pH yang dianjurkan untuk tanaman sawi adalah 6-7.
Selanjutnya buatlah bedengan dengan tinggi 40 cm, lebar 120 cm, dan panjang 100 meter. Sedangkan jarak antar bedenagn yaitu 30 cm, yang kemudian dibuat parit dengan diisi air setinggi 20 cm untuk penyediaan air bagi tanaman.
Pemeliharaan
Setelah bibit ditanam, lakukan pemeliharaan meliputi penyiraman, penjarangan (mencabuti tanaman yang tumbuh terlalu rapat), penyulaman (penggantian tanaman yang mati atau rusak), pembersihan gulma, dan pemupukan tambahan yang diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu.
Penyiraman dilakukan setiap hari, sebaiknya pagi atau sore hari. Disamping itu jaga tanaman dari hama dan penyakit. Biasanya hama penyakit yang menyerang yaitu ulat dan karat daun.
Panen
Setelah berumur 40 hari, tanaman sawi pakcoy sudah bisa dipanen. Caranya dengan mencabut tanaman hingga akarnya. Panen bisa dilakukan setiap minggu sekali, dengan mengatur waktu tanam satu bendengan dengan bendengan lainnya.

Kenari Lokal, Impor, AF, F1, F2


Sebagai peternak burung, kita pasti sering  mendengar istilah-istilah tentang kenari lokal, impor, AF, F1, F2 dan lain sebagainya. Beberapa penghobi masih bingung dengan istilah “F” di sini. Istilah “F” ini secara kasar dapat dikatakan sebagai “keturunan”. Bila “F1” ya berarti “keturunan kesatu”, bila “F2” ya berarti “keturunan kedua”, demikian pula selanjutnya. Tetapi lain lubuk lain belalang, demikian pepatah berkata, di daerah lain “F2” mewakili kenari hasil perkawinan F1 dengan F1. Di Yogyakarta pada khususnya “F2” berarti kenari hasil perkawinan F1 dengan jenis indukan F1 tersebut. Misalnya betina F1, hasil perkawinan Yorkshire jantan dengan betina lokal, dengan Yorkshire. Pada kesimpulannya, sayapun juga bingung mana yang benar, mana yang salah. Akhirnya saya tidak terfokus pada istilah, tetapi saya berfokus pada mutu keturunan. Inipun saya anggap masih menjadi misteri, keturunan atau kenari jenis apakah yang cocok dengan lomba di tanah air. Tetapi beberapa jenis kenari hasil persilangan Yorkshire dengan lokal telah membuktikan prestasinya. Apakah kita akan berhenti di sini? Saya pribadi menjawab: Tidak Akan Pernah? Beberapa bulan terakhir ini saya berpikir perlunya darah atau dapat dikatakan jenis atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan istilah strain.

Kenari Merah / Red Factor Canary



Kenari ini kali pertama dikembangkan pada 1930-an oleh Dr Hans Duncker (Jerman) dengan menyilangkan siskin merah (jantan) dengan kenari kuning (betina). Beberapa orang mengatakan leluhur dari kenari kuning yang digunakan Hans adalah Roller Jerman, sementara yang lainnya menyakini sebagai kanari Border.

Red Factor Canary atau sering disebut juga kenari merah merupakan salah satu jenis kenari yang sangat populer. Burungnya sangatactif dan bergairah. Burung ini relatif mudah dipelihara namun perlu usaha yang lumayan keras untuk menernakkannya sehingga menghasilkan keturunan yang bagus.
Red Factor Canary termasuk “color canary” dan sebenarnya juga merupakan Color Bred Canary tetapi memiliki “red factor” sebagai bagian dari struktur genetiknya.

Pengendalian Penyakit Londoh / Busuk Daun Pada Tananman Kentang

Pengendalian Penyakit Londoh / Busuk Daun Pada Tananman Kentang
Penyakit busuk daun tanaman kentang atau yang oleh petani di Kedu, Wonosobo disebut Lodoh merupakanpenyakit yang paling serius di antara penyakit dan hama yang menyerang tanaman kentang di Indonesia. Penyakit lodoh ini disebabkan oleh serangan jamur patogen ganas Phytophthora infestans yang dapat menurunkan produksi kentang hingga 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang amat singkat. Sampai saat ini kapang patogen penyebab penyakit busuk batang dan daun tanaman kentang tersebut masih merupakan masalah krusial dan belum ada fungisida g yang benar-benar efektif terhadap penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan mengoleksi dan mengidentifikasi jamur-jamur tanah isolat lokal yang bersifat antagonis terhadap patogen penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab penyakit busuk daun dan umbi tanaman kentang di daerah sentra pembibitan tanaman kentang di Kedu Temanggung Jawa Tengah adalah Phytophthora infestans. Terdapat 17 isolat jamur tanah isolat lokal yang dapat diisolasi dari tanah di sentra pembibitan tanaman kentang tersebut. Dari 17 isolat jamur ini dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok isolat yang berbeda morfologi koloninya. Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa dari 4 kelompok jamur tanah tersebut adalah dari marga Trichoderma spp, Aspergillus sp, Pennicillium sp Phytophthora infestans. Terdapat satu buah jamur yang belum dapat diidentifikasi.

PENDAHULUAN
Kentang adalah salah satu komoditi andalan sektor pertanian di Indonesia dan semakin meningkat  permintaannya akhir-akhir ini. Peningkatan ini untuk mencukupi kebutuhan bahan pengganti makanan pokok (beras) maupun sebagai bahan baku industri, selain itu untuk mengatasi harga beras yang semakin tinggi serta mengurangi impor bahan pangan beras yang telah menghabiskan devisa negara dalam jumlah besar (Anonim, 2002). Salah satu prioritas pengembangan agribisnis kentang di Indonesia adalah di Jawa Tengah (Wonosobo), namun produksinya masih rendah oleh serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) khususnya kapang patogen Phytophthora infestans penyebab busuk daun dan umbi tanaman kentang (Rukmana, 1997). Secara bertahap dan berkesinambungan penelitian intensif terhadap komoditas kentang mendapat perhatian dan prioritas. Pengembangan agribisnis kentang diprioritaskan antara lain di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan.
Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas penting pada budidaya tanaman kentang. Penyakit busuk daun tanaman kentang atau yang oleh petani di Wonosobo dan Dieng disebut Lodoh merupakan penyakit yang paling serius di antara penyakit dan hama yang menyerang tanaman kentang di Indonesia (Katayama & Teramoto, 1997; Zazali, 2004). Penyakit lodoh disebabkan oleh serangan jamur patogen ganas Phytophthora infestans ini dapat menurunkan produksi kentang hingga 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang amat singkat. Sampai saat ini kapang patogen penyebab penyakit busuk batang dan daun tanaman kentang tersebut masih merupakan masalah krusial dan belum ada varietas kentang yang benar-benar tahan terhadap penyakit tersebut (Cholil, 1991). Menurut Djafaruddin, 2000, penyakit busuk daun/ batang (late blight) tanaman kentang sangat berpotensi terjadi pada daerah dingin dan lembab karena kapang patogen yang menyebabkannya mudah tumbuh dan berkembang baik pada kondisi dingin. Penyebab penyakit busuk daun ini adalah kapang patogen Phytophthora infestans. Kapang dapat menyerang daun, batang, juga umbi di dalam tanah. Kapang patogen Phytophthora infestans bukan merupakan kapang asli tanah, namun biasa menyerang organorgan tanaman kentang di dalam tanah dan di atas tanah (daun, batang, cabang, akar dan umbi).
Penyebaran spora/ patogen kapang melalui angin, air atau serangga. Jika spora sampai ke daun basah, ia akan berkecambah dengan mengeluarkan zoospora atau langsung membentuk tabung kecambah, kemudian masuk ke bagian tanaman, dan akhirnya terjadi infeksi. Spora yang jatuh ke tanah akan menginfeksi umbi, dan
pembusukannya bisa terjadi di dalam tanah atau di tempat penyimpanan. Kasus penyakit busuk daun biasanya sering terjadi di daerah dataran tinggi yang bersuhu rendah dengan kelembaban tinggi (Alexopoulos, et al., 1996 ). Selain itu penyebaran spora patogen Phytophthora infestans dipicu oleh keadaan lingkungan udara yang relatif lembab (di atas 80% seperti keadaan lingkungan di Wonosobo). Patogen tersebut juga dapat bertahan hidup di dalam umbi dan batang tanaman kentang sehingga infeksi pada umbi dapat terbawa sampai ke gudang penyimpanan (Adijaya, 2001). Gejala pada daun berupa hawar (blight) atau bercak berwarna abu-abu yang berukuran besar dengan bagian tengahnya agak gelap dan agak basah. Gejala serangan pada leher akar dan akar berupa busuk berwarna hitam. Serangan pada umbi berupa busuk basah umbi yang berwarna abu-abu atau hitam. Apabila umbi diinkubasikan dalam temperatur 15 - 20oC, akan muncul konidia yang dibentuk dalam jumlah banyak, berupa tepung berwarna keabuan (Cholil, 1991).

Pengendalian penyakit busuk daun, busuk batang atau busuk umbi (late blight) oleh jamur patogen Phytophthora infestans, selama ini dilakukan dengan menyemprotkan fungisida sintetik Sandofan MZ 10/56 WP dengan konsentrasi yang dianjurkan, Benlate dengan konsentrasi yang dianjurkan dan Kocide 54. Kebiasaan para petani menyemprot pestisida secara serampangan menyebabkan timbulnya strain baru dari kapang-kapang patogen tersebut yang ditunjukkan adanya kekebalan kapang itu terhadap fungisida sintetis tertentu atau dosis efektif, fungisida sintetis dapat mencapai dua kali dosis anjuran. Untuk menghindari kondisi yang lebih parah, tindakan yang perlu dilakukan adalah mengganti fungisida yang biasa dipakai dengan fungisida yang berbeda bahan aktif dan cara kerjanya (mode of action). Pemakaian fungisida alternatif yang berisi kultur campuran kapang antagonis belum pernah dilakukan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pendahuluan tentang efektivitas dan potensi kapang antagonis Pseudomonas fluorescense untuk mengendalikan kapang patogen Phytophthora infestans secara in vitro.

Pengendalian penyakit dengan fungisida dan bakterisida sintetis oleh para petani kentang selama ini tidak efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh kapang patogen, banyak masalah yang merugikan bagi kehidupan manusia secara langsung atau tidak langsung diantaranya menimbulkan residu yang melekat pada hasil tanaman yang akan mengganggu kesehatan konsumen, pencemaran lingkungan serta membunuh organisme lainnya yang bukan sasaran. Penggunaan agen hayati berbahan baku biofungisida sehingga menjadi alternatif yang tepat untuk mengendalikan mikroba patogen penyebab penyakit pada tanaman budidaya. (Arwiyanto, 2003).

Agensia hayati meliputi organisme dan11 substansi yang dihasilkan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu yang merugikan (Anonim, 1996 dalam Marwoto, 2001). Salah satu jenis biopestisida adalah biofungisida berbahan aktif mikroorganisma sel jamur antagonis Trichoderma spp, yaitu fungisida penghambat pertumbuhan kapang patogen penyebab penyakit tanaman budidaya yang diharapkan efektif mengendalikan serangan kapang patogen Phytophthora infestans tanaman kentang serta aman bagi tanaman budidaya sebagai tanaman bukan sasaran. Jamur antagonis Trichoderma spp dapat diisolasi dari tanah lokal, termasuk jamur selulolitik sejati karena mampu menghasilkan komponen selulase secara lengkap. Jamur tanah ini terdiri dari sembilan jenis yaitu T. piluliferum, T. polysporum, T. koningii, T. auroviride, T. amantum, T. harzianum, T. longibrachiatum, T. pseudokoningii, dan T. viride (Rifai, 1969 dalam
Salma & Gunarto, 1999). Jamur-jamur antagonis tanah isolat lokal seperti Trichoderma spp dilaporkan mempunyai aktivitas antagonisme yang kuat terhadap jamur patogen dengan mekanisme hiperparasitismenya dan antibiosisnya sehingga efektif menghambat pertumbuhan kapang patogen  tanaman dengan mendegradasi dinding selnya. Dinding sel kapang patogen menjadi rusak kemudian mati melalui aktivitas enzim kitinasenya. Beberapa enzim kitinolitiknya hanya toksik pada kapang patogen penyebab penyakit tanaman budidaya tetapi namun tidak pada mikroorganisma lain dalam tanah dan tumbuhan inang (Kloepper et al., 1989).

Menurut Salma dan Gunarto (1999), Trichoderma spp mempunyai kemampuan menghasilkan enzim selulase  sehingga dapat merusak dinding sel kapang patogen pada kelompok jamur famili Pythiaceae seperti Phytophthora infestans. Selain itu kapang tanah Trichoderma spp mempunyai kemampuan melakukan pelilitan dan penetrasi hifa patogen serta menghasilkan antibiotik yang bersifat toksin bagi patogen lawannya (Dennis  & Webster, 1971 dalam Salma dan Gunarto, 1999). Mekanisme antibiosis dilakukan dengan menghasilkan antibiotik yang bersifat toksin untuk membunuh P. infestans. Mekanisme antibiosis tergantung dari jenis dan sifat tanah sebagai substrat tumbuhnya. T. viride lebih suka pada kondisi tanah yang asam, apabila T. viride ini terdapat pada tanah yang asam kemungkinannya untuk memproduksi antibiotik lebih tinggi (Djafarudin, 2000).

T. viride umum digunakan untuk pengendalian patogen dalam bentuk tepung yang diaplikasikan dengan dosis  100 kg/ha (Anonim, 2001). Keunggulannya yang lain adalah sebagai sebagai bioprotektan bagi tanaman muda HTI serta perkebunan. Beberapa keuntungan dari penggunaan biofungisida tersebut adalah mudah dimonitor dan berkembang biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi lingkungan, hewan dan manusia karena tidak menimbulkan residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah atau terakumulasi di dalam makanan hasil budidaya pertanian (Yuliani, 2002).

Penelitian bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan jamur-jamur antagonis tanah isolat lokal dalam menghambat pertumbuhan kapang patogen Phytophthora infestans secara in vitro. Selain itu, penelitian  dimungkinkan  dilanjutkan dengan uji antagonisme antara jamur patogen dan jamur antagonis isolat lokal yang
telah diketahui paling kuat kemampuan antagonismenya dengan mengetahui efektifitas pengaruh inokulasi jamur antagonis isolat lokal tsb terhadap pencegahan thd infeksi oleh kapang patogen Phytophthora infestans pada tanaman kentang yang ditanam di rumah kaca. Pemanfaatan agen hayati jamur tanah isolat lokal merupakan suatu usaha diversifikasi penggunaan bahan aktif sebagai bahan baku untuk biofungisida. Diversifikasi bahan aktif biofungisida perlu dilakukan, mengingat Indonesia sebagai negara tropis mempunyai potensi menghasilkan jenis agen hayati yang tinggi keanekaragamannya.

Biofungisida yang berisi mikroorganisma jamur antagonis isolat lokal sebagai bahan aktif utamanya, secara ekonomi penggunaannya lebih murah dan efektif dibandingkan dengan fungisida kimiawi, karena sekali diintroduksikan ke dalam tanah atau medium pembawa yang tepat akan dapat bertahan dalam periode yang cukup lama. Selain itu aplikasinyapun dapat dilakukan seperti aplikasi pada fungisida kimiawi. (Yuliani 2002).

BAHAN DAN METODE
Penelitian in vivo dilakukan di rumah kaca Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Kedu, Temanggung dan penelitian in vitro dilakukan di Laboratorium Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro.
1. Isolasi dan identifikasi jamur-jamur antagonis tanah lokal
Isolat jamur-jamur antagonis isolat lokal diisolasi dari tanah tempat tanaman kentang tumbuh baik yang teridentifikasi sakit ataupun yang tidak oleh patogen Phytophthora infestans. Isolasi dilakukan pada lahan  pertanaman kentang yang sakit dan yang tidak terinfeksi Phytophthora infestans. Isolasi dilakukan dengan cara isolasi langsung (direct plating), yaitu : tanah lokal diambil dan diletakkan pada cawan petri yang berisi  medium TEA steril yang telah ditambahkan chloramfenikol 50 ppm, kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari. Koloni jamur yang menunjukkan morfologi koloni yang berbeda kemudian masing-masing dipisahkan ke dalam medium PDA kemudian diidentifikasi menurut buku Barnett dan Hunter, 1972.

2.Isolasi dan identifikasi jamur Phytophthora infestans.
Isolat Phytophthora infestans diisolasi dari daun kentang yang positif terinfeksi Phytophthora infestans. Isolasi dilakukan dengan cara isolasi langsung (direct plating), yaitu : daun kentang diambil dan diletakkan pada cawan petri yang berisi TEA steril yang telah ditambahkan chloramfenikol 50 ppm, kemudian diinkubasi pada
suhu ruang selama 3 hari. Koloni kapang yang menunjukkan ciri-ciri Phytophthora infestans dipindahkan dalam medium PDA lainnya dalam cawan petri secara aseptik dan diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari. Identifikasi menurut Barnett dan Hunter, 1972 untuk memperoleh isolat murni Phytophthora infestans.

3. Uji Antagonisme jamur antagonis isolat lokal terhadap kapang patogen
Phytophthora infestans secara In vitro Isolat Phytophthora infestans yang telah dibiakkan pada media PDA di dalam cawan petri yang berisi media PDA (Potao Dekstrose Agar) dan diinkubasi selama 5 x 24 jam pada suhu 30oC, kemudian dibuat cetakan potongan miselium berbentuk bulat dengan diameter 0,5 cm. Satu  potongan miselium ini kemudian diletakkan berdampingan dengan cetakan miselium koloni jamur antagonis isolat lokal (dual plating). Sebagai kontrol, kapang patogen Phytophthora infestans ditumbuhkan pada medium PDA yang tidak diinokulasikan terlebih dahulu dengan biakan sel jamur antagonis isolate lokal.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Isolasi patogen penyebab busuk daun dan umbi tanaman kentang
Kapang patogen Phytophthora infestans berhasil diisolasi dari beberapa lembar daun kentang yang telah positif terinfeksi kapang patogen tersebut yang diambil dari lokasi perkebunan (pembibitan) kentang di Kledung, Kedu Temanggung Jawa Tengah (Gambar 1 dan 2 ). Metode isolasi menggunakan metode isolasi secara langsung (direct method). Beberepa kapang antagonis (3 buah) juga telah berhasil diisolasi dan positif menghambat pertumbuhan kapang patogen Phytophthora infestans yang ditunjukkan pada gambar-gambar di bawah. Penghambatan yang kuat terjadi pada pertumbuhan koloni jamur Trichoderma sp yang ditumbuhkan pada koloni kapang patogen Phytophthora infestans (Gambar 2).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxmGE4NhDp5FIeQ04TKiAPGnoN31pvdbceHZy3bftrIZer6pnmj9DeMbGH_8dT6DSg2hnlbOHIoNWHO4ZMZd0UrnSvd96j93wWI0b6Ab0IP6176mpX_ut012aJOE9ecCnk54ksmUmH2mEy/s320/Gambar+1.+Busuk+daun+%2528late+blight%2529+pada+daun+tanaman+kentang+oleh+Kapang+patogen+Phytophthora+infestans.jpg
Gambar 1: Busuk daun (late blight) pada daun tanaman kentang oleh Kapang patogen Phytophthora infestans








Description: C:\Users\the polengs\Pictures\New folder\Gambar 2. Isolasi langsung daun tanaman kentang yang terinfeksi kapang patogen Phytophthora infestans pada medium PDA dan TEA.jpg
Gambar 2: Isolasi langsung daun tanaman kentang yang terinfeksi kapang patogen Phytophthora infestans pada medium PDA dan TEA









Koloni kapang patogen Phytophthora infestans pada medium PDA berwarna putih dengan tekstur permuakaan berwarna wolly. Sporangia berbentuk pyriform mempunyai papila berwarna hialin serta permukaannya halus. Sporangiofor bercabang-cabang simpodial, berwarna hialin (Gambar 3).
Gambar 3: Koloni dan gambar mikroskopi kapang patogen Phytophthora infestans pada medium PDA





2. Isolasi kapang –kapang tanah isolat local pada pertanaman kentang
Dari hasil isolasi jamur tanah pada medium PDA diperoleh 3 isolat kapang antagonis, baik yang diisolasi dari pertanaman kentang yang sakit atau yang tidak. Pemilihan isolat didasarkan pada perbedaan morfologi koloni (warna dan bentuk koloni) isolat jamur pada kedua medium tersebut untuk tiap-tiap sampel tanah. Dengan demikian tidak menutupi kemungkinan terdapat isolat-isolat jamur yang sama yang berasal dari beberapa sampel tanah tersebut (Gambar 4).
Gambar 4: Koloni-koloni kapang antagonis yang dapat diisolasi dari tanah pertanaman kentang pada medium PDA.



3. Uji antagonisme secara in vitro
Dari 7 isolat jamur yang diperoleh pada medium PDA, 3 isolat di antaranya bersifat antagonis terhadap kapang pathogen Phytophthora infestans dan berdasarkan pada persamaan sifat morfologi koloninya (warna dan bentuk koloni), maka dari 7 isolat jamur ini dapat dikelompokkan menjadi 3 isolat jamur antagonis yang sama.
Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa dari 1 kelompok jamur antagonis ini  kelompok 1 merupakan kelompok/ marga Trichoderma spp. Yang dicirikan dengan adanya banyak percabangan konidiofor dan konidium terbentuk secara bergerombol pada permukaan sel
konidiofornya (Gambar 5). Mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme ini adalah hiperparasit yang dapat diamati dengan pertumbuhan miselium Trichoderma spp. yang menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Phytophthora infestans. Pada hari keenam uji penghambatan jamur Trichoderma sp terhadap pertumbuhan kapang patogen Phytophthora infestans secara in vitro mengalami penghambatan yang paling kuat yang ditandai dengan penutupan koloni kapang Trichoderma sp pada hari keenam umur pertumbuhan Phytophthora infestans (Gambar 6).
Gambar 5: Koloni dan mikroskopi kapang antagonis isolat lokal Trichoderma sp pada medium PDA







Gambar 6: Penutupan koloni kapang pathogen Phytophthora infestans oleh kapang antagonis Trichoderma sp. Pada hari keenam uji antagonisme




Pada isolasi jamur tanah dengan medium PDA ini selain marga Trichoderma spp., juga didapatkan 2 kelompok jamur antagonis yang lain yang berbeda sifat morfologi koloninya. (Tabel 1). Isolat jamur antagonis kelompok 2 merupakan marga Aspergillus. Hal ini dapat dilihat dari morfologi jamur yang khas yaitu adanya vesikel yang berbentuk bulat hingga lonjong, fialid yang terbentuk di seluruh permukaan vesikel dan konidium yang terbentuk secara berantai pada fialid. Koloni pada medium PDA berwarna hitam yang permukaannya kasar (Gambar 7).
Gambar 7: Koloni dan mikroskopi kapang antagonis isolat lokal Aspergillus sp pada medium PDA








Adapun kelompok 3 masih merupakan kelompok jamur yang belum teridentifikasi dengan ciri morfologi yang sama dengan gambar 9. Pada pengamatan secara mikroskopis pada jamur yang belum bisa teridentifikasi hanya dijumpai adanya hifa yang bersekat dan tidak ditemukan adanya konidium atau organ-organ lain yang yang merupakan ciri khas dari jamur.
Gambar 8: Uji antagonisme koloni kapang patogen Phytophthora infestans oleh kapang antagonis Aspergillus sp. Pada hari keenam pada medium PDA







Gambar 9: Uji antagonisme koloni kapang patogen Phytophthora infestans oleh kapang antagonis yang belum diketahui jenisnya.







Mekanisme penghambatan yang terjadi kelompok jamur 2 dan 3 (Aspergillus dan jamur yang belum bisa diidentifikasi) pada uji antagonisme ini adalah antibiosis. Hal ini dapat diketahui dengan terbentuknya zone penghambatan di sekitar koloni jamur antagonis (Gambar 8). Zona penghambatan ini hanya bersifat
sementara karena jika waktu inkubasi diperpanjang maka koloni Phytophthora infestans mampu tumbuh terus melewati zona penghambatan tersebut. Sedangkan pada kelompok 1 (Trichoderma sp), mekanisme
penghambatannya diduga adalah hiperparasit dimana koloni jamur antagonis tumbuh menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Phytophthora infestans. Gambar uji antagonism tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

KESIMPULAN
1. Kapang T. lignorum dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati terhadap kapang S. rolfsii penyebab busuk batang pada tanaman kacang tanah.
2. Konsentrasi propagul T. lignorum yang paling efektif dalam penelitian ini untuk mengendalikan S. rolfsii adalah 9,0 x 109 propagul/ml. Waktu pemberian propagul T. lignorum yang paling efektif dalam penelitian ini adalah 0 hari sebelum bibit tanaman kacang tanah ditanam.

Artikel Terpopuler