PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Apel telah diketahui sebagai buah ajaib yang mampu
mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit. Apel yang dihasilkan dari
penerapan pertanian organik, memiliki khasiat jauh lebih baik dari pada yang
non organik. Apel yang dihasilkan dari proses non organik mengandung berbagai
bahan kimia yang bersifat racun bagi manusia. Apel organik untuk menjaga
kesehatan dan apel non organik dapat membahayakan kesehatan.
Apel Batu
sudah lama dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, bahkan Kota Batu
dikenal banyak orang karena Apel yang dihasilkan. Petani apel Kota Batu pernah
mengalami masa jaya yaitu sekitar tahun 1980 hingga menjelang Reformasi Keadaan
ini dapat dicapai karena tanaman apel masih sangat baik kondisinya dan umumnya
berumur 10 tahunan, lingkungan sangat mendukung dan harga sarana produksi
(terutama pupuk dan pestisida) masih rendah.
Seiring perjalanan waktu, cara budidaya yang
diterapkan semakin mengutamakan input luar yang makin tinggi. Demikian pula
penggunaan pestisida terus mengalami peningkatan. Dampak negatif penggunaan
pupuk an organik dan pestisida khususnya yang sistemik sama sekali belum
diperhitungkan.
Lingkungan (ekosistem) pendukung mengalami
penurunan akibat pembangunan yang mengabaikan kelestarian lingkungan. Penurunan
kualitas sumber daya alam dan penerapan praktek budidaya yang buruk menyebabkan
makin merosotnya kualitas dan kuantitas hasil dan bahkan banyak tanaman apel
yang merana dan kemudian mati atau dibongkar.
Dalam keadaan demikian, beberapa petani mengalami
kebingungan, sehingga justru tidak mampu mempertahankan tanaman apelnya.
Kehadiran kegiatan SLPHT Apel seolah menjadi sumber pencerahan ditengah
kebinmgungan. Penerapan PHT pada kenyataannya terbukti mampu menumbuhkan
kembali semangat berusahatani apel. Hal
ini terbukti dengan masih berlanjutnya pertemuan SLPHT yang saat ini sudah
hampir setahun.
Model sekolah lapang dengan keragaman materi yang
tinggi memberi daya tarik tersendiri bagi petani karena sesuai dengan kebutuhan
petani. SLPHT telah mampu merubah cara pandang petani dari cara budidaya sesuai
kehendak petani menjadi sesuai kebutuhan tanaman, dan dari pupuk an organik
sebagai pupuk utama menjadi pupuk organik sebagai pupuk utama. Pada
perkembangan selanjutnya, beberapa petani mulai lebih mengarah pada sistem
pertanian organik.
BUDIDAYA APEL ORGANIK
1.
Keadaan Umum Kebun Apel
Tanaman apel di Kecamatan Bumiaji pada
umumnya merupakan warisan tanaman dengan jarak tanam yang tidak ideal (terlalu
rapat, 1 - 1,5 m) dan sudah berumur lebih dari 20 tahun. Keadaan ini tentu
tidak menguntungkan dari sisi kesehatan tanaman. Jarak tanam yang rapat
menyebabkan terjadinya kompetisi yang kuat antar tanaman, serta menimbulkan
kelembaban yang tinggi dalam kebun yang memicu perkembangan penyakit. Praktek
budidaya yang dilakukan adalah dengan mengandalkan input luar bahan kimiawi
yang tinggi sehingga membahayakan sekehatan tanaman dan lingkungan.
Berdasarkan hasil pengujian tanah yang dilaksanakn
oleh Laboratorium tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya diketahui
bahwa kandungan bahan organik sangat rendah yaitu hanya 0,79 %. Hal ini
menunjukkan bahwa tanah tidak memliki kemampuan untuk mendukung tanaman tumbuh
sehat dan menopang agroekosistem. Keadaan ini dijadikan rujukan awal terhadap
labilnya keadaan agroekosistem yang ditandai dengan seringnya terjadi peledakan
serangan OPT.
Dari hasil pengamatan agroekosistem awal diketahui
bahwa keragaman serangga sangat rendah, bahkan musuh alami tidak ditemukan.
Populasi Thrips dan Kutu Hijau meningkat dengan pesat, demikian pula dengan
intensitas serangan penyakit khususnya Embun Tepung. Dalam keadaan demikian,
pengamatan terhadap suhu dan kelembaban sangat diperlukan sebagai data
pendukung untuk memperkirakan kemungkinan peningkatan serangan penyakit.
2. Tahapan Menuju Penerapan Pertanian Organik
Melalui
pemahaman prinsip-prinsip PHT dan analisa agroekosistem, petani mengetahui
bahwa keadaan tanah merupakan faktor penting untuk kesehatan tanaman dan
memungkinkan adanya keseimbangan dalam agroekosistem. Terdapat 4 prinsip yang
harus dapat dipahami oleh para petani Alumni SLPHT agar mampu menerapkan PHT
dilahannya, yaitu Budidaya tanaman sehat, pengamatan mingguan (rutin),
pelestarian musuh alami dan petani sebagai ahli PHT.
Budidaya tanaman sehat merupakan
langkah awal untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit. Dengan asumsi bahwa
jika tanaman telah tumbuh dengan sehat, maka tanaman memiliki kemampuan
mempertahankan diri dari serangan hama maupun penyakit.
Budidaya
tanaman sehat mencakup berbagai aspek mulai dari pra tanam hingga panen.
Tanaman sehat dapat diperoleh jika bibit yang digunakan sehat, di tanam pada
tanah yang sehat, penerapan cara budidaya yang baik dan didukung oleh
lingkungan yang sehat.
Pengamatan
merupakan bagian penting dalam budidaya apel. Dengan pengamatan, dapat
diketahui pertumbuhan tanaman, keberadaan serangga hama dan musuh alaminya, intensitas serangan hama
dan penyakit dan keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan tanaman,
hama dan penyakit. Hasil pengamatan dianalisa dan digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan yaitu tindakan yang perlu dilakukan untuk melindungi
tanaman agar dapat tumbuh sehat.
Pelestarian
musuh alami merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menjaga keberadaan dan
kemampuan musuh alami dalam menjalankan fungsinya yaitu sebagai pengendali
alami hama dan penyakit tanaman. Keberadaan musuh alami dipengaruhi oleh
ketersediaan pakan dan lingkungan hidupnya. Musuh alami pada umumnya peka
terhadap penggunaan pestisida. Oleh sebab itu, penggunaan pestisida harus
menjadi alternatif terakhir jika seperangkat cara pengendalian yang lain tidak
mampu mengendalikan populasi maupun intensitas serangan hama dan penyakit
sesuai yang diharapkan.
Sebagai
pengambil keputusan dalam usaha tani maka petani alumni SLPHT diharapkan
sebagai “Ahli PHT” yaitu memiliki kemandirian dalam penerapan PHT dan sebagai pemilik
PHT. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pengendalian hama dan penyakit
merupakan bagian integral dari seluruh tahapan proses usahatani, dan tindakan
pengendalian harus dilakukan sedioni mungkin, cepat dan tepat.
Dengan
pemahaman terhadap agroekosistem dan prinsip-prinsip PHT memudahkan bagi petani
untuk merencanakan tahapan-tahapan menuju penerapan sistem pertanian organik.
Beberapa tahapan yang telah dan akan dilaksanakan secara terus menerus adalah
sebagai berikut :
a.
Peningkatan Daya
Dukung Lahan.
Pemberian pupuk organis adalah untuk
meningkatkan kesuburan fisik, biologis dan kimiawi tanah. Fisik tanah yang
remah dan dengan rongga tanah yang cukup sangat dibutuhkan oleh akar tanaman
dan baik untuk tempat hidup mikroorghanisme tanah.
Kesuburan biologis yang cukup, akan menjamin
ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan pengendalian penyakit perakaran oleh
agens antagonis. Adanya kehidupan serangga pengurai dalam tanah sangat membantu
dalam pelestarian musuh alami (sebagai pakan selain hama).
Kesuburan kimiawi adalah tersedianya unsur hara
tanaman dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai pertumbuhan tanaman. Pemberian
pupuk organik yang tepat akan menyediakan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman
baik dalam jumlah maupun jenisnya. Dosis pupuk organik yang dibutuhkan tanaman
berdasarkan hasil uji tanah adalah 30 – 50 kg per pohon. Namun, sebagian besar
petani masih memberikan pupuk organik dibawah 10 kg per tanaman.
b.
Perbaikan kualitas
tanaman.
Kegiatan ini ditujukan untuk mengganti
cabang-cabang yang sudah tua dan ada kerusakan jaringan akibat penggunaan
pestisida sistemik yang berlebihan maupun oleh faktor lain. Dengan adanya
cabang baru yang sehat, diharapkan akan menghasilkan buah dan daun yang lebih
baik. Pada keadaan tertentu, juga
dilakukan pangkas pohon pokok (pangkas habis) pada tanaman apel yang batang
pokoknya rusak akibat serangan penyakit. Kegiatan ini ternyata mampu
menumbuhkan batang baru yang sehat dan lebih baik. Pada batang pohon yang
mengalami kerusakan parah hingga ke akar tanaman, maka dilakukan pembongkaran
untuk mencegah penularan penyakit dan untuk penjarangan pohon agar jarak
tanamnya lebih baik.
c.
Perbaikan kualitas
kebun.
Apel membutuhkan ketersediaan air secara terus
menerus, tetapi tidak tahan terhadap genangan air (air jenuh). Dalam kondisi
daya serap tanah terhadap air rendah, sangat diperlukan adanya sistem irigasi
yang baik untuk menjamin ketersediaan air. Saat ini, pada salah satu kebun
telah ada rancang bangun sistem irigasi tetes yang dibuatkan oleh Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Penyiangan kebun dilakukan untuk memanen hijauan
sumber bahan organik sehingga tidak perlu dengan pencangkulan yang dalam maupun
dengan herbisida. Sisakan sebagian gulma untuk penutup tanah, tempat hidup
beberapa serangga dan mencegah erosi permukaan tanah. Penyiangan sebaiknya
dilakukan dengan membabat gulma sebelum menghasilkan biji.
Untuk meningkatkan keragaman serangga dan
sekaligus untuk melestarikan musuh alami dalam rangka menjaga keseimbangan
agroekosistem perlu dilakukan penanaman beberapa tanaman non apel, baik sebagai
penutup tanah, sumber bahan organik serta sebagai barier atau tanaman pagar.
d.
Pemanfaatan dan
pelestarian musuh alami
Salah satu faktor yang menyebabkan usahatani
menjadi mahal dan tidak efisien adalah tidak adanya atau sangat rendahnya
populasi musuh alami. Sehingga sangat banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk
menggantikan peran musuh alami dalam menekan populasi hama. Untuk memancing
kehadiran seerangga dewasa musuh alami, perlu penanaman tanaman yang berbunga,
namun perlu diperhitungkan kehadiran hama Thrips yang juga menyukai bunga.
Musuh alami secara umum lebih peka terhadap
pestisida, oleh sebab itu dalam aplikasi pestisida (insektisida) lebih baik
menggunakan yang berspektrum sempit dan jika diperlukan lakukan aplikasi
spot-spot. Akan lebih baik jika menggunakan pestisida nabati dengan memanfaatkan
tanaman yang ada. Pengendalian hama juga dapat dilakukan dengan cendawan
entomopatogen yaitu Beauveria bassiana atau Metarhizium sp
(keduanya telah dieksplorasi dari kebun apel). Untuk pengendalian penyakit
digunakan bubur california (BC). Strategi penggunaan BC adalah dengan aplikasi
dini berdasarkan suhu dan kelembaban serta arah angin, fase pertumbuhan tanaman
dan serangan di kebun sekitar (sumber inokulum di hamparan). Hal ini perlu
dilakukan karena keterlambatan aplikasi dapat mengakibatkan tidak efektifnya
penggunaan BC dan belum adanya pengendali alami akibat penggunaan fungisida
yang tinggi pada waktu yang lalu.
Pada tanah dengan kandungan bahan organik
rendah, tanaman akan mudah terserang penyakit perakaran atau tular tanah. Oleh sebab itu, pemberian
bahan organik sebaiknya ditambahkan mikroorganisme yang mampu mengendalikan
serangan penyakit dan berfungsi sebagai perombak atau pengurai yang membantu
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Mikroorganisme yang telah digunakan
adalah Trichoderma sp (telah dieksplorasi dari kebun apel), Gliocladium
sp dan Pseudomonas flourescens.
Kegiatan
tersebut diatas, ditujukan untuk menciptakan keadaan lahan yang sehat, mampu
mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat dan ekosistem yang baik. Kegiatan
budidaya lainnya tetap dilakukan sebagaimana biasa, namun dengan dasar
pemikiran dan tujuan yang berbeda.
a.
Penyiangan, dilakukan untuk
mengurangi kelembaban, sebagai sumber bahan organik, dan disisakan untuk tempat
hidup musuh alami (refugia). Dilakukan dengan cara membabat (sabit), dihindari
pencangkulan yang dalam untuk mencegah erosi permukaan tanah, penahan aliran
air.
b.
Pengairan, dilakukan untuk menjaga
agar air dalam keadaan tersedia bagai tanaman. Hindari cara leb-leban
(penggenangan) yang dapat berpengaruh buruk terhadap perakaran. Jika diperlukan
dengan cara dikocor atau sistem irigasi tetes. Sistem drainase yang baik, agar
saat musim hujan air mudah mengalir.
c.
Perompesan, jangan terlalu dekat
atau terlalu lama dari masa panen. Sebaiknya dilakukan ketika bakal tunas telah
siap dan perlu dilakukan pemupukan sebelumnya agar tanaman memiliki cukup
cadangan energi untuk pertunasan. Hindari perompesan daun dengan cara dibakar(dengan
bahan kimia, misal pupuk N) karena dapat merusak jaringan kulit batang dan
memudahkan pertumbuhan penyakit. Perompesan daun dilakukan secara manual
(dengan tangan) dengan hati-hati dan hasil rompesan digunakan sebagai sumber
bahan organik.
d.
Pemangkasan, dilakukan setelah
perompesan dengan tujuan mengatur percabangan untuk dibuahkan maupun untuk mengurangi
kelembaban, dan membuang sumber inokulum (penyakit) serta meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber energi (unsur hara dan sinar matahari). Dalam
pemangkasan, diupayakan sepertiganya adalah untuk menghasilkan percabangan baru
yang pada musim berikutnya dibuahkan. Cara pemangkasan harus tepat (dekat
knop/bakal tunas jika untuk pembungaan) dan diatur sedemikian rupa agar
munculnya bunga merata pada seluruh sisi pohon dengan harapan semua buah
mendapat pencahayaan yang cukup.
e.
Pada tanaman yang belum menghasilkan,
pemangkasan dilakukan untuk membentuk tajuk tanaman yang baik. Hasil pangkasan
dapat digunakan sebagai sumber bahan organik (dicacah dan diproses) atau untuk
keperluan lain. Jika sisa pangkasan banyak terdapat sumber penyakit, maka harus segera dikeluarkan dari kebun atau
dibakar.
f.
Pelengkungan cabang, dilakukan
untuk menyerempakkan pertumbuhan tunas lateral sehingga pembungaan relatif
seragam. Kegiatan ini dapat dilakukan jika jarak tanam memenuhi syarat. Pada
jarak tanam yang rapat, cara ini tidak banyak dilakukan.
g.
Penjarangan buah, perlu dilakukan
untuk meningkatkan kualitas buah (ukuran, penampakan). Kegiatan ini dilakukan
jika buah terlalu banyak pada umur 2-3 bulan. Jumlah buah yang banyak dalam
satu tunas dapat terjadi jika digunakan ZPT atau pemangkasan yang tidak tepat
(banyak tunas yang tidak berbunga) sehingga buah menngumpul pada beberapa tunas
saja. Penjarangan buah harus didasari keyakinan bahwa pengurangan jumlah buah
tidak akan berpengaruh nyata pada bobot hasil. Dengan penjarangan akan
dihasilkan buah yang lebih berkualitas dan memiliki harga jual lebih baik,
sehingga meningkatkan pendapatan petani.
h.
Pembelongsongan buah, dilakukan 3
bulan sebelum panen pada apel manalagi. Pembelongsongan dilakukan menggunakan
kertas minyak atau bekas buku telpon dengan tujuan untuk mendapatkan warna
kulit buah tetap mulus dan terhindar dari serangan burung atau kelelawar.
i.
Panen, sebaiknya dilakukan pada
saat buah matang secara fisiologis. Jika panen dilakukan saat buah belum siap
akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan pembungaan pada musim
berikutnya. Biasanya tanaman akan menghasilkan tunas vegetatif yang berlebihan
dan pembungaan pada musim berikutnya akan kesulitan (banyak yang tidak jadi
buah). Cara panen harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan
kerusakan tanaman dan kerusakan buah.
j.
Perlakuan khusus dilakukan dengan
memberikan zat hormonal tertentu disertai beberapa nutrisi mikro yang hanya
dilakukan pada saat berbunga pada musim hujan dengan tujuan mempertahankan
bunga agar menjadi buah. Perlakuan ini diperlukan jika hujan cukup lebat,
berlangsung lama pada siang hari dan tanaman belum sehat sepenuhnya.
Penerapan
pertanian organik pada tanaman apel harus didukung oleh cara budidaya yang
baik. Berikut di bawah ini beberapa perubahan cara budidaya yang diperlukan.
No
|
Aspek Budidaya
|
Tidak Organik
|
Menuju Organik
|
1.
|
Pemupukan
|
Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara khususnya makro (kesuburan kimia)
Pupuk Kimia sebagai unsur utama
Sesuai rekomendasi umum
|
Untuk menjaga kesuburan fisik, biologi dan kimia tanah
Pupuk Organik sebagai unsur utama
Didasari oleh hasil pengujian tanah
|
2.
|
Perompesan
|
Dibakar dengan bahan kimia tertentu
|
Secara manual
|
3.
|
Pemangkasan
|
Diutamakan untuk tunas dan bunga muncul sebanyak-banyaknya.
Membuang cabang yang sakit (tidak menghasilkkan)
|
Untuk kesehatan tanaman dengan pengaturan cabang dan ranting agar
maksimal mendapat cahaya dan ruang tumbuh, serta untuk mengurangi kelembaban
Meminimalkan inokulum awal
|
4.
|
Penggunaan ZPT dan pupuk daun
|
Aplikasi ZPT untuk tunas dan bunga muncul lebih banyak dan serempak.
Mencegah kerontokan bunga maupun buah
|
Untuk keserempakan munculnya bunga
|
5.
|
Penyiangan
|
Gulma dimatikan, lahan bersih dari gulma
|
Sisakan gulma dan dipanen untuk bahan pupuk organik
|
6.
|
Penyiraman
|
Tergenang (jenuh) bahkan
menggenangi leher akar atau kekurangan air
|
Tidak tergenang (tersedia) didukung oleh daya serap air oleh tanah
dan sistem irigasi yang baik
|
7.
|
Penjarangan buah
|
Dilakukan untuk buah yang sakit
|
Untuk meningkatkan kualitas buah (jika menggunakan perangsang
pembungaan).
|
8.
|
Pengendalian Hama dan Penyakit
|
Mengandalkan pestisida kimiawi
|
Bagian integral seluruh proses budidaya
Mengutamakan peran pengendali alami
Mengkombinasikan berbagai cara pengendalian
Pestisida kimiawi sebagai alternatif terakhir.
Mengendalikan (menekan) populasi bukan memusnahkan
|
9.
|
Panen
|
Panen belum saat matang fisiologis
|
Dipanen saat matang secara fisiologis
|
Penerapan pertanian organik, pada
dasarnya tidak dapat dilakukan sekaligus dalam waktu yang singkat. Tetapi harus
dalam tahapan proses yang berimbang antara kondisi tanah, tanaman, perkembangan
agroekosistem, dan lingkungan. Jika penerapan pertanian organik pada tanaman
apel diterapkan secara langsung (langsung tanpa menggunakan bahan an organik)
akan rawan kegagalan, karena agroekosistem belum siap (unsur penyusun belum
berfungsi optimal) dan ekosistem sekitar belum mampu mendukung.
Di Kelompok Tani Makmur Abadi, saat ini baru 0,2
hektar kebun apel yang telah organik penuh, 10 ha sudah mampu mengurangi bahan
an organik sampai 80 % dan sisanya sudah mampu menekan hingga 40 % penggunaan
bahan an organik. Secara umum, hampir semua petani telah menggunakan pupuk
organik dan bubur california untuk pengendalian penyakit. Sebagian petani telah
menggunakan pupuk organik cair sejak tahun 2003, namun penggunaan pupuk organik
padat baru dilakukan pada saat dan setelah petani melaksanakan SLPHT Apel.
Dibawah ini perkembangan dan perbandingan
penggunaan bahan organik dan alokasi biaya produksi serta BC ratio dari sebelum
tahun 2003, tahun 2003 hingga 2006 dan setelah SLPHT tahun 2006.
Perbandingan
Penggunaan Bahan organik dan an organik pada Praktek Budidaya Apel di Kelompok
Tani Makmur Abadi
No
|
Uraian
|
< tahun 2003
|
2003 -
|
³ SLPHT 2006
|
1.
|
Pupuk organik cair
|
Tidak diberikan
|
Diberikan
|
Diberikan
|
2.
|
Pupuk organik padat
|
Tidak diberikan
|
Tidak diberikan
|
Diberikan 5 – 20 ton/ha
|
3.
|
Pupuk an organik NPK
|
± 2 kg
/pohon
|
± 1 kg/pohon (tidak mampu beli)
|
0 – 200 gr/ pohon
|
4.
|
Aplikasi pestisida
|
30 – 35 kali
|
20 – 30 kali
|
0 – 8 kali
|
5.
|
Aplikasi BC
|
Tidak
|
0 – 10 kali
|
10 –16 kali
|
6.
|
Aplikasi Trichoderma sp.
|
Tidak
|
Tidak
|
1 Lt untuk 1 ton pupuk organik
|
7.
|
Aplikasi Pf *)
|
Tidak
|
Tidak
|
1 Lt untuk 1 ton pupuk organik
|
8.
|
Aplikasi Beauveria
|
Tidak
|
Tidak
|
0 – 2 lt / ha
|
*) Pseudomonas flourescens
Perbandingan
Alokasi Biaya Produksi dan Hasil Panen pada kebun Apel seluas 1,6 hektar saat
berbuah Musim Penghujan
No
|
Uraian
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
1.
|
Biaya beli pestisida (Rp.)
|
16.828.500
|
15.334.500
|
14.274.000
|
12.259.000
|
2.
|
Aplikasi pestisida *)
|
27 kali
|
25 kali
|
24 kali
|
21 kali
|
3.
|
Total Biaya (Rp.)
|
38.234.000
|
35.397.500
|
31.525.500
|
23.011.000
|
4.
|
Hasil panen (ton)
|
54,739
|
59,989
|
- **)
|
39 **)
|
5.
|
Hasil penjualan (Rp)
|
84.297.700
|
80.496.000
|
73.264.000
|
108.200.000
|
6.
|
B/C ratio
|
1.20
|
1.27
|
1.32
|
3.70
|
*) Termasuk yang menggunakan bubur california
**) dengan petik kebun
- data tidak lengkap
Dari data di atas nampak bahwa biaya
total, biaya dan frekwensi penggunaan pestisida dari tahun ke tahun terus
mengalami penurunan. Penurunan biaya tertinggi terjadi pada tahun 2007, yaitu
setelah pelaksanaan PHT. Tahun 2007, biaya pembelian pestisida lebih murah
karena bahan yang digunakan 70 % adalah bubur california dan pengendalian hama /penyakit dilakukan
sesuai dengan prinsip PHT. Biaya total tahun 2007 sangat rendah dibandingkan
tahun sebelumnya, karena sudah tidak menggunakan pupuk kimia NPK (an organik)
dan biaya tenaga kerja dapat dihemat hingga 100 %.
B/C ratio tertinggi diperoleh pada
tahun 2007, yaitu setelah penerapan PHT pada dua musim buah. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah SLPHT dan penerapan PHT di lahan usaha, kami mampu
melakukan efisiensi biaya usaha yang sangat tinggi, dan kualitas buah yang
dihasilkan jauh lebih baik sehingga harga jualnya juga tinggi.
KEGIATAN PENDUKUNG
1.
Kelembagaan
Petani
Kegagalan petani dalam pemanfaatan
teknologi seringkali terjadi akibat ketidak seimbangan antara kemampuan
menerapkan teknologi dengan kemampuan menajemen usaha. Akibatnya manfaat
teknologi menjadi tidak terasa. Berdasar pengalaman tersebut, kami merancang
adanya kelembagaan usaha yang kuat, mengelola seluruh hamparan, dikelola secara
profesional untuk menghasilkan buah apel yang jelas kualitas dan jumlahnya, dan
mampu menetapkan harga jual petani. Saat ini, kami telah memiliki unit usaha
produksi pupuk organik sebagai embrio kelompok usaha produksi buah apel. Serta
pra koperasi yang membidangi kegiatan pemasaran. Harapannya, penjualan apel
dapat dikontrol melalui koperasi, dan koperasi mampu membantu pemenuhan
kebutuhan hidup petani sehingga tidak mengganggu proses produksi di lahan
usaha.
2.
Mitra
Kerja
- Paguyuban Petani Madani, sebagian
petani menjadi anggota
- BIO Indonesia, Malang : kemitraan
untuk teknologi dan sarana produksi pertanian organik dan penjaminan mutu
produk.
- Lembaga Pemberdayaan Pertanian dan
Pedesaan (LP3) Malang : kemitraan untuk bimbingan manajemen usaha ekonomi
produktif.
PENUTUP
SLPHT Apel telah mampu menumbuhkan
harapan bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya. Penerapan PHT telah
meningkatkan efisiensi dan efektifitas usahatani apel, memperbaiki kualitas dan
menjaga agar tanaman apel terus berproduksi. Pemahaman terhadap agroekosistem,
meyakinkan petani untuk menerapkan PHT secara berkelanjutan dalam hamparan yang
luas, dan menuju pertanian organik.
Secara bertahap, penggunaan input
kimiawi terus berkurang dan penggunaan bahan organik terus meningkatkan.
Beberapa petani telah mulai memperbaiki (regenerasi) percabangan bahkan
melakukan pangkas habis. Tanaman apel yang tidak sehat juga telah dibuang dari
kebun, yang sekaligus untuk memperbaiki jarak tanam. Sehingga diharapkan muncul
cabang atau batang pokok baru yang lebih sehat.
Perbaikan kualitas (kesehatan) tanah,
tanaman, dan penerapan cara budidaya yang baik yang mengutamakan penggunaan
bahan organik, agen hayati dan pelestarian musuh alami telah dilaksanakan pada
beberapa lokasi. Jika hal ini terus dilakukan dan meluas pada seluruh hamparan
maka kawasan apel organik akan dapat dicapai.
Namun, tahapan dan proses menuju
pertanian organik harus dilalui dengan baik, agar memberikan pemahaman yang utuh
terhadap bekerjanya suatu sistem kehidupan di kebun apel yang kemudian hasilnya
dipetik. Harus selalu diingat untuk mampu mengendalikan jumlah yang boleh
dijual dan berapa yang harus dikembalikan ke kebun.
Bantuan berbagai pihak untuk mendukung
upaya petani melakukan efisiensi dalam usahatani hingga menerapkan sistem
pertanian organik sangat dibutuhkan. Proses produksi dalam budidaya tanaman
sangat dipengaruhi oleh faktor luar, sehingga dukungan semua pihak (bidang
pembangunan) yang sinergis sangat dibutuhkan. Secara khusus, perlu ada
penghargaan dan kebanggaan tersendiri terhadap produk pertanian organik.
Kepedulian seluruh elemen masyarakat dan pemerintah, khususnya yang berkaitan
dengan sektor pertanian merupakan faktor penting untuk mewujudkan tersedianya
pangan yang sehat, cukup jumlahnya dan murah harganya. Sudah waktunya petani
tidak lagi mensubsidi pangan masyarakat, agar kehidupan petani menjadi
sejahtera.
Ucapan terima kasih, secara tulus kami
sampaikan, khususnya kepada BPTPH Jawa Timur, Bpk Ir. Nasikin beserta
jajarannya, petugas POPT setempat yang telah memungkinkan kami beserta kelompok
tani kami, kembali memiliki harapan untuk mempertahankan apel batu dan berharap
dapat kembali mewujudkan masa kejayaan petani apel seperti tahun 1980 an.
Salam publisher. Hari ini saya sumbang satu klik untuk adsense anda, gantian dong klik adsense saya di www.grandfree.co.cc
BalasHapusAyo para netter indonesia saling klik adsense biar publisher Indonesia jadi kaya semua.
trimsss..
segarnya..
BalasHapusThis article is very helpful, next time I will visit your site again. thanks for sharing
BalasHapusPoker Ceme Online
Agen Poker Online
Bandar Poker Online
Link Poker Terpercaya
Judi Online
Situs Poker Terbaik
Situs Bandar Poker
Bandar Domino 99
Agen Poker
Bandar Capsa
Link Poker
Link Poker IDN
IDN Poker
Situs Poker Online
This article is very helpful, next time I will visit your site again. thanks for sharing
BalasHapusPoker Ceme Online
Agen Poker Online
Bandar Poker Online
Link Poker Terpercaya
Judi Online
Situs Poker Terbaik
Situs Bandar Poker
Bandar Domino 99
Agen Poker
Bandar Capsa
Link Poker
Link Poker IDN
IDN Poker
Situs Poker Online
The article on this site is very interesting, thank you
BalasHapusSelamat datang di LENOVOPOKER ™ Top 1 Judi Online
Promo Terbaru LENOVOPOKER :
- Bonus New Member Depo +20%
- Bonus New Member Min Depo 10K Free 10k (Total Chips 20rb)
- Bonus All Member Next Depo +5%
- Bonus All Member Refferal 30%
- Bonus All Member Rollingan 0.5%
Contact : BBM : LENOVO88
WA : +6281375260652
FACEBOOK : CSLENOVOPOKER
IG : lenovopkr
LINE : YUNITA
Bandar Judi
Bandar Poker
Login Poker
Situs Poker
Bandar Poker Terpercaya
The article on this site is very interesting, thank you
BalasHapusSelamat datang di LENOVOPOKER™ Top 1 Judi Online
Promo Terbaru LENOVOPOKER :
- Bonus New Member Depo +20%
- Bonus All Member Next Depo +5%
- Bonus All Member Refferal 30%
- Bonus All Member Rollingan 0.5%
Contact : BBM : LENOVO88
WA : +6281375260652
Agen Domino 99
Bandar Poker
Agen Ceme
Bandar Ceme
Judi Poker Terpercaya