Cengkeh (Syzygium aromaticum L Merr & Perry), termasuk dalam famili Myrtaceae
dan merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang berasal
dari Kepulauan Maluku, Kemasyhuran cengkeh dan berbagai jenis rempah
Indonesia lainnya sudah dikenal dunia sejak berabad-abad yang silam.
Saat ini permintaan akan produk cengkeh terus meningkat sebaliknya
produksi dan mutu cengkeh yang dihasilkan justru cenderung terus
menurun. Sebagai acuan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu cengkeh
tersebut, secara bersambung akan disajikan pedoman teknis budidaya
cengkeh. Episode kedua ini menyajikan ”Persiapan Bahan Tanaman Cengkeh.
Iklim yang baik dalam Budidaya Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh untuk dapat
tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah
iklim, tinggi tempat dan jenis tanah.
Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh
adalah 1.500 -2.500 mm/tahun atau 2.500 – 3.500 mm/tahun dengan bulan kering
kurang dari 2 bulan. Intensitas penyinaran 61 – 60 % dan suhu udara 22 -28 °C
serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun.
Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih berproduksi pada
ketinggian tempat 0 – 900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, makin
tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah tetapi pertumbuhan makin subur.
Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar
200-600 m dpl.
Tanah yang sesuai adalah yang gembur, lapisan olah minimal
1,5 m dan kedalaman air tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak
ada lapisan kedap air. Jenis tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol,
Regosol dan Podsolik Merah. Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut
berperan dalam hal memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum
berkisar antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka
pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur hara oleh
akar menjadi terhambat.
Untuk mengurangi resiko kegagalan dan biaya
tinggi dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh hanya
dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja. Tanaman cengkeh
yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk diganti dengan tanaman
lain yang sesuai dan menguntungkan.
Kesesuaian iklim untuk tanaman cengkeh
Curah hujan (mm/th)
|
Bulan kering
|
Hari hujan/tahun
|
Tinggi tempat (m.dpl)
|
Kendala
|
Kesesuaian
|
1.500-2.500
|
<2
|
90-135
|
<900
|
Tidak ada
|
Sangat sesuai
|
2.500-3.500
|
<2
|
120-175
|
<900
|
Tidak ada
|
Sesuai
|
1.500-3.500
|
3-4
|
90-175
|
<900
|
Kekeringan
periodik
|
Agak sesuai
|
3.500-4.000
|
0
|
150-190
|
<900
|
Penyinaran
agak rendah
|
Kurang sesuai
|
-
|
-
|
-
|
>900
|
Terlalu
dingin
|
Tidak dianjurkan
|
<1.500
|
-
|
-
|
-
|
Kekurangan
air
|
Tidak dianjurkan
|
>4.000
|
-
|
-
|
-
|
Kekurangan
energi, tergenang
|
Tidak dianjurkan
|
-
|
>4
|
-
|
-
|
Kekeringan
|
Tidak dianjurkan
|
Varietas Unggul Tanaman Cengkeh
Terdapat 4 varietas unggul cengkeh yang telah diperoleh yaitu Zanzibar, Siputih, Ambon dan Zambon (cengkeh komposit). Untuk pengembangan baru atau rehabilitasi cengkeh dianjurkan untuk menggunakan varietas unggul tersebut. Ciri-ciri dan keunggulan masingmasing varietas cengkeh tersebut seperti terlihat pada Tabel dibawah
Tabel Karakteristik cengkeh Zanzibar, Siputih, Ambon, dan Zambon
Karakter
|
Zanzibar
|
Siputih
|
Ambon
|
Zambon
|
Potensi
produksi (kilogram bunga basah per pohon)
|
2,9-11,0
|
3,0-6,5
|
6,7-18,0
|
8,0-84,1
|
Kadar minyak
atsiri (%)
|
19-23
|
-
|
19-20
|
17-21
|
Kadar
eugenol bebas (%)
|
76
|
-
|
62
|
56-70
|
Kadar
kariofilen (5)
|
-
|
-
|
7
|
9-25
|
Kadar
eugenol asetat (%)
|
-
|
-
|
20
|
12-24
|
Ketahanan
terhadap penyakit BPKC
|
Peka
|
Peka
|
Peka
|
Peka
|
Ketahanan
terhadap penyakit CDC
|
Peka
|
Peka
|
Peka
|
Peka
|
II. PERSIAPAN BAHAN TANAMAN
Untuk
menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu
dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk,
benih, persemaian sampai pembibitan.
1. Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a. Tipe pohon induk
Tipe
cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar,
Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah
jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
Zanzibar :
Gambar 1. Pohon induk tipe Zanzibar.
· Produksi tinggi.
· Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan >15 bunga.
· Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
· Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah.
Sikotok :
Gambar 2. Pohon induk tipe Sikotok
· Produksi cukup tinggi.
· Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
· Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna merah.
· Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
· Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan berdaun lebat.
· Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.
Siputih :
Gambar 3. Pohon induk tipe Siputih.
· Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan <15 bunga.
· Daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai hijau muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna hijau.
· Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
· Tajuk tidak rindang.
b. Persyaratan Pohon Induk
Pada
umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang
diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Sehat.
• Berumur > 15 tahun.
• Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
• Hasil rata-rata terus naik.
• Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
• Tidak terlindungi.
• Percabangan cukup banyak.
• Batang utama tunggal.
• Bebas hama penyakit
2. Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
· Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
· Berat 0.85 – 1.1 g.
· Tidak cacat.
· Tidak berlendir.
· Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
· Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi penyakit cacar daun cengkeh).
Sebelum
disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi yang
dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit buah
dilakukan dengan hati-hati agar kulit benih tidak terluka.
Pengupasan dilakukan dengan
tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih
direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan
pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan
mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel
pada kulit benih.
3. Persemaian
· Persemaian
dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang paling baik agar benih
dapat berkecambah dengan baik serta bersih dari hama dan penyakit.
Persemaian memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan benih
selama 2 bulan.
· Disiapkan
bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan
kebutuhan serta keadaan tempat, melintang utara – selatan. Jarak antar
bedengan 30 – 50 cm. Setiap bedengan dibatasi oleh saluran pembuangan
air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk menghindari genangan dan
memudahkan penanaman serta pemeliharaan.
· Biji-biji
ditanam dengan jarak 5 X 3 cm dengan ujung teratas benih tepat
dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2 atau 3 minggu kemudian
biji akan mulai berkecambah.
· Untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman air hujan, bedengan
diberi atap yang terbuat dari anyaman bambu, daun kelapa, jerami,
alang-alang atau paranet yang dapat menahan intensitas matahari sebesar
75 %. Atap sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih tinggi menghadap ke timur.
· Tanah
bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30 cm, apabila kandungan
liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi pasir setebal 3-5 cm.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
· Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter ± 0.8-1.0 cm, dengan jarak semai 5 x 5 cm.
· Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing berada
di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1 cm. Posisi benih yang
terbalik akan menyebabkan pertumbuhan kecambah terhambat dan akar
menjadi bengkok.
· Untuk
menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2 kali sehari
(tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh langsung agar tidak
merubah posisi biji. Untuk menahan percikan air siraman pesemaian
ditutup dengan karung goni.
· Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya dibuang.
4. Penanaman Bibit
Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah berdaun 4 - 7 helai.
Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap.
Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllostica
sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak rusak/putus, dan
tanah/pasir yang melekat di permukaan akar jangan sampai rontok. Penanaman bibit di pembibitan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Langsung di bedengan
· Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun diberi pupuk kandang sebanyak ± 20 kg/m2.
· Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50 % cahaya matahari yang masuk, dengan tinggi naungan sebelah timur 2 m dan di barat 1.5 m.
· Jarak
tanam 20 x 20 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun pada umur 1
tahun), dan 40 x 40 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun setelah
berumur 2 tahun).
· Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
· Sebelum pemutaran, tanah pada bedengan disiram secukupnya.
b. Menggunakan polybag
· Disiapkan
media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
2 : 1, ukuran polybag 15 x 20 cm (bibit sampai umur 1 tahun) atau 20 x
25 cm (bibit sampai umur 2 tahun), selanjutnya ditempatkan secara
teratur di pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm atau 30 x 40 cm.
· Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau naungan buatan seperti pada persemaian.
· Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.
5. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :
· Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar tidak terlalu basah.
· Menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
· Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian tetap baik (air tidak sampai menggenang).
· Kerapatan
naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap menurut kebutuhan dan
perkembangan umur bibit (50% pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10
bulan), untuk mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning
kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh pertumbuhan bibit.
· Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
· Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 3–4 bulan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit dan pemupukan
berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2 g/bibit. Dapat juga ditambah
dengan menyemprotkan pupuk daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2
minggu sekali.
· Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada serangan.
6. Seleksi bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi. Beberapa kriteria yang digunakan untuk seleksi bibit cengkeh adalah :
· Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun).
· Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
· Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan panjang ± 45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
· Mempunyai batang tunggal.
· Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua
Pemupukan
UMUR |
PUPUK MAKRO
| |||
Urea
|
TSP
|
KCl
|
Dolomit
| |
0,5 | 50 | 25 | 35 | 50 |
1 | 100 | 50 | 75 | 100 |
2 | 150 | 75 | 125 | 150 |
3 | 200 | 100 | 150 | 200 |
4 | 500 | 200 | 400 | 400 |
5 | 750 | 300 | 600 | 500 |
6 | 1000 | 400 | 800 | 750 |
7 | 1500 | 500 | 1000 | 1000 |
8 | 2200 | 600 | 1250 | 2000 |
9 | 2600 | 700 | 1500 | 2500 |
10 | 3000 | 800 | 1750 | 2900 |
11 | 3500 | 900 | 2000 | 3300 |
12 | 3500 | 900 | 2250 | 3800 |
Catatan :
-
Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal musim
hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan
(Maret-April).
Pengendalian hama Dan Penyakit
A. Kutu daun ( Coccus viridis )
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVRB. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA atau Natural BVR.
C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )
Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR atau PESTONA.
D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah, pencegahan kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO.
E. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki
Panen
Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVRB. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA atau Natural BVR.
C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )
Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR atau PESTONA.
D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah, pencegahan kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO.
E. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki
Panen
Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.
Pasca Panen
- Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
- Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
- Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.
- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.
- Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
- Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
- Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.
- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.
Menguntungkan sekali budidaya pohon cengkeh ini.
BalasHapusTanaman cengkeh ku banyak yang mati
BalasHapusTanaman ini memiliki banyak manfaat salah satunya bisa dibuat menjadi minyak cengkeh , namun cara menanamnya tergolong sulit.
BalasHapus