5 April 2011

Budidaya Tanaman Cengkeh




Cengkeh (Syzygium aromaticum L Merr & Perry), termasuk dalam famili Myrtaceae dan merupakan salah satu tanaman rempah asli Indonesia yang berasal dari Kepulauan Maluku, Kemasyhuran cengkeh dan berbagai jenis rempah Indonesia lainnya sudah dikenal dunia sejak berabad-abad yang silam. Saat ini permintaan akan produk cengkeh terus meningkat sebaliknya produksi dan mutu cengkeh yang dihasilkan justru cenderung terus menurun. Sebagai acuan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu cengkeh tersebut, secara bersambung akan disajikan pedoman teknis budidaya cengkeh. Episode kedua ini menyajikan ”Persiapan Bahan Tanaman Cengkeh.
Iklim yang baik dalam Budidaya Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi tempat dan jenis tanah.
Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 -2.500 mm/tahun atau 2.500 – 3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas penyinaran 61 – 60 % dan suhu udara 22 -28 °C serta tidak ada angin kencang sepanjang tahun.
Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih berproduksi pada ketinggian tempat 0 – 900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah tetapi pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl.
Tanah yang sesuai adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air tanah lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air. Jenis tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik Merah. Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur hara oleh akar menjadi terhambat.
Untuk mengurangi resiko kegagalan dan biaya tinggi dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh hanya dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja. Tanaman cengkeh yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan.

Kesesuaian iklim untuk tanaman cengkeh
Curah hujan (mm/th)
Bulan kering
Hari hujan/tahun
Tinggi tempat (m.dpl)
Kendala
Kesesuaian
1.500-2.500
<2
90-135
<900
Tidak ada
Sangat sesuai
2.500-3.500
<2
120-175
<900
Tidak ada
Sesuai
1.500-3.500
3-4
90-175
<900
Kekeringan periodik
Agak sesuai
3.500-4.000
0
150-190
<900
Penyinaran agak rendah
Kurang sesuai
-
-
-
>900
Terlalu dingin
Tidak dianjurkan
<1.500
-
-
-
Kekurangan air
Tidak dianjurkan
>4.000
-
-
-
Kekurangan energi, tergenang
Tidak dianjurkan
-
>4
-
-
Kekeringan
Tidak dianjurkan


Varietas Unggul Tanaman Cengkeh
Terdapat 4 varietas unggul cengkeh yang telah diperoleh yaitu Zanzibar, Siputih, Ambon dan Zambon (cengkeh komposit). Untuk pengembangan baru atau rehabilitasi cengkeh dianjurkan untuk menggunakan varietas unggul tersebut. Ciri-ciri dan keunggulan masingmasing varietas cengkeh tersebut seperti terlihat pada Tabel dibawah
Tabel Karakteristik cengkeh Zanzibar, Siputih, Ambon, dan Zambon

Karakter
Zanzibar
Siputih
Ambon
Zambon
Potensi produksi (kilogram bunga basah per pohon)
2,9-11,0
3,0-6,5
6,7-18,0
8,0-84,1
Kadar minyak atsiri (%)
19-23
-
19-20
17-21
Kadar eugenol bebas (%)
76
-
62
56-70
Kadar kariofilen (5)
-
-
7
9-25
Kadar eugenol asetat (%)
-
-
20
12-24
Ketahanan terhadap penyakit BPKC
Peka
Peka
Peka
Peka
Ketahanan terhadap penyakit CDC
Peka
Peka
Peka
Peka

II. PERSIAPAN BAHAN TANAMAN
Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.



1. Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a. Tipe pohon induk
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :

Zanzibar :
            
             Gambar  1.    Pohon induk tipe Zanzibar.

·         Produksi tinggi.
·         Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan  >15 bunga.
·         Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
·         Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah.

Sikotok :

           Gambar  2.    Pohon induk tipe Sikotok
  
·         Produksi cukup tinggi.
·         Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
·         Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna merah.
·         Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
·         Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan berdaun lebat.
·         Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.


Siputih :

                Gambar 3.    Pohon induk tipe Siputih.
 
·         Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan <15 bunga.
·         Daun pucuk atau daun  muda berwarna kuning sampai hijau muda,  tangkai  dan tulang  daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna hijau.
·         Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
·         Tajuk tidak rindang.

b. Persyaratan Pohon Induk

Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
          Sehat.
          Berumur > 15 tahun.
          Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
          Hasil rata-rata terus naik.
          Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
          Tidak terlindungi.
          Percabangan cukup banyak.
          Batang utama tunggal.
          Bebas hama penyakit

 2. Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
·         Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
·         Berat 0.85 – 1.1 g.
·         Tidak cacat.
·         Tidak berlendir.
·         Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
·         Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi   penyakit cacar daun cengkeh).

Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan  hati-hati agar kulit  benih tidak terluka.
                                                                                   
Pengupasan dilakukan  dengan tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel pada kulit benih.

3. Persemaian

·         Persemaian dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang paling baik agar benih dapat berkecambah dengan baik serta bersih dari hama dan penyakit. Persemaian memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan benih selama 2 bulan. 
·         Disiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan tempat, melintang utara – selatan. Jarak antar bedengan 30 – 50 cm. Setiap bedengan dibatasi oleh saluran pembuangan air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk menghindari genangan dan memudahkan penanaman serta pemeliharaan.
·         Biji-biji ditanam dengan jarak 5 X 3 cm dengan ujung teratas benih tepat dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2 atau 3 minggu kemudian biji akan mulai berkecambah.
·         Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman air hujan, bedengan diberi atap yang terbuat dari anyaman bambu, daun kelapa, jerami, alang-alang atau paranet yang dapat menahan intensitas matahari sebesar 75 %. Atap sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih tinggi menghadap ke timur.
·         Tanah bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30 cm, apabila kandungan liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi pasir setebal 3-5 cm.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
·         Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter ±  0.8-1.0 cm, dengan jarak semai 5 x 5 cm.
·         Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing  berada di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1 cm. Posisi benih yang terbalik akan menyebabkan pertumbuhan kecambah terhambat dan akar menjadi bengkok.
·         Untuk menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2 kali sehari (tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh langsung agar tidak merubah posisi biji. Untuk menahan percikan air siraman pesemaian ditutup dengan karung goni.
·         Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya dibuang.

4. Penanaman Bibit

Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah  berdaun 4 - 7 helai.
Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap.
                       
Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllostica sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak rusak/putus, dan tanah/pasir yang melekat di permukaan akar jangan sampai rontok.  Penanaman bibit di pembibitan  dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a.     Langsung di bedengan
·         Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun  diberi pupuk kandang sebanyak ± 20 kg/m2.  
·         Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50 % cahaya matahari yang masuk, dengan tinggi naungan          sebelah timur 2 m dan di barat  1.5 m. 
·         Jarak tanam 20 x 20 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun pada umur 1 tahun), dan 40 x 40 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun setelah berumur 2 tahun).
·         Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
·         Sebelum pemutaran, tanah pada bedengan disiram secukupnya.

b.   Menggunakan polybag
·         Disiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, ukuran polybag 15 x 20 cm (bibit sampai umur 1 tahun) atau 20 x 25 cm (bibit sampai umur 2 tahun), selanjutnya ditempatkan secara teratur di pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm atau 30 x 40 cm.

·         Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau naungan buatan seperti pada persemaian.
·         Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.

5.  Pemeliharaan bibit

Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :
·         Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar tidak  terlalu basah.
·         Menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
·         Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian tetap baik (air tidak sampai menggenang).
·         Kerapatan naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap menurut kebutuhan dan perkembangan umur bibit (50% pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10 bulan), untuk mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh pertumbuhan bibit. 
·         Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
·         Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 3–4 bulan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit dan  pemupukan berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2 g/bibit. Dapat juga ditambah dengan menyemprotkan pupuk daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2 minggu sekali.
·         Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada serangan.

6. Seleksi bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi.  Beberapa kriteria yang digunakan untuk  seleksi bibit cengkeh adalah : 
·   Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun).
·   Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
·   Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan  panjang ± 45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
·    Mempunyai batang tunggal.
·    Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua 


Pemupukan

 
UMUR
PUPUK MAKRO
Urea
TSP
KCl
Dolomit
0,5 50 25 35 50
1 100 50 75 100
2 150 75 125 150
3 200 100 150 200
4 500 200 400 400
5 750 300 600 500
6 1000 400 800 750
7 1500 500 1000 1000
8 2200 600 1250 2000
9 2600 700 1500 2500
10 3000 800 1750 2900
11 3500 900 2000 3300
12 3500 900 2250 3800

Catatan :
- Bila diberikan dua periode pemberian pupuk pertama dilakukan awal musim hujan (September-Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan (Maret-April).

Pengendalian hama Dan Penyakit
A. Kutu daun ( Coccus viridis )
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda. Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA + AERO 810 atau Natural BVRB. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA atau Natural BVR.

C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )
Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda. Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR atau PESTONA.

D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan. Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah, pencegahan kocorkan POC NASA + HORMONIK + NATURAL GLIO.

E. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO pada awal penanaman untuk pencegahan.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

Panen
Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan.

Pasca Panen
- Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari tangkainya dan tempatkan pada tempat yang berbeda.
- Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih menjadi coklat mengkilat.
- Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan mesin pengering yang menggunakan kayu bakar atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan dengan cara alami yaitu pengeringan dengan matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi 12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.
- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih yang sudah bersih dimasukan pada karung dan dijahit.

3 komentar:

  1. Menguntungkan sekali budidaya pohon cengkeh ini.

    BalasHapus
  2. Tanaman cengkeh ku banyak yang mati

    BalasHapus
  3. Tanaman ini memiliki banyak manfaat salah satunya bisa dibuat menjadi minyak cengkeh , namun cara menanamnya tergolong sulit.

    BalasHapus